Psikolinguistik

Batasan Linguistik

Psikolinguistik adalah sebuah istilah ilmu bahasa yang terdiri atas gabungan du buah kata, yaitu kata psikologi dan linguistik yang masing-masing merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Psikologi mengkaji proses akal atau proses pikiran sesorang dan mengatur perilakunya. Proses akal atau proses pikiran seseorang itu biasanya menggunakan bahasa, karena bahasa merupakan suatu syarat untuk dapat berpikir. Dengan kata lain, bhwa proses akal atau proses akal atau proses pikiran seseorang itu tergantung pada bahasanya, artinya struktur bahasanyalah yang menentukan proses akal atau struktur pikiran seseorang itu. (Teori Wilhelm von Humboldt, 1838, dan Sapir-Whorf, 1949) meskipun ada pula yang berpendirian sebaliknya, justru proses akal atau proses pikiran itulah yang menentukan aspek-aspek kebahasaan seseorang (Teori Pertumbuhan Kognisi Jean Piaget, 1962). Jean Piaget mengatakan bahwa struktur pikiran seseorang dibentuk oleh aksi atau perilaku kanak-kanak dan bukan oleh struktur bahasa, artinya struktur pikiran mendahului kebolehan-kebolehan yang dipakai kemudian untuk berbahasa.
Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu mampu termuat dalam lapangan pemahaman manusia. Oleh karena itu memahami bahasa akan memungkinkan peneliti untuk memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia. Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai tentang sebuah objek, meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu dilakukan olehnya (Suriasumantri, 1998).
Sebuah uraian yang cukup menarik mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikir dinyatakan oleh Whorf dan Saphir. Whorf dan Sapir melihat bahwa pikiran manusia ditentukan oleh sistem klasifikasi dari bahasa tertentu yang digunakan manusia (Schlenker, 2004). Menurut hipotesis ini, dunia mental orang Indonesia berbeda dengan dunia mental orang Inggris karena mereka menggunakan bahasa yang berbeda.
Hubungan antara bahasa dan pikiran adalah sebuah tema yang sangat menantang dalam dunia kajian psikologi. Sejarah kajian ini dapat ditilik dari psikolog kognitif, filosof dan ahli linguistik. Hipotesis Whorf dan Sapir menyajikan sesuatu yang sangat menantang untuk ditelaah lebih lanjut. Beberapa aspek bahasan yang mempengaruhi pikiran perlu diidentifikasi lebih lanjut, misalnya identifikasi aspek bahasa yang mempengaruhi penalaran ruang bidang (reasoning spatial) dan aspek bahasa yang mempengaruhi penalaran terhadap pikiran lain (reasoning about other minds).
Konsep Sapir dan Whorf mengudang beberapa keberatan di kalangan ahli bahasa dan peneliti psikolinguistik. Dasar yang dipakai sebagai bentuk keberatan tersebut adalah bahwa pikiran yang sama dapat diekspresikan dalam beberapa cara. Manusia dapat mengatakan apa saja yang dimauinya dalam sebuah bahasa sehingga antara satu bahasa dengan bahasa lainnya memiliki karakter yang paralel. Salah satu fakta yang dipaparkan untuk menunjukkan keberatan ini adalah dalam bidang perkembangan. Beberapa kasus di kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa bayi yang belum memiliki bahasa secara optimal sudah mampu menalar lebih dari hal-hal yang menarik bagi mereka. Misalnya usia 3-4 bulan bayi dapat memahami jarak dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan jarak. Usia 5 bulan bayi sudah mampu menalar aritmatika sederhana. Setelah sebelumnya bayi diperlihatkan dua buah objek di tangan, mereka mencoba mencari dua objek tersebut ketika dua objek tersebut disembunyikan. Manusia dapat berpikir tanpa menggunakan bahasa, tetapi bahasa mempermudah kemampuan belajar dan mengingat, memecakan persoalan dan menarik kesimpulan. Bahasa memungkinkan individu menyandi peristiwa dan objek dalam bentuk kata-kata. Dengan bahasa individu mampu mengabstraksikan pengalamannya dan mengkomunikasikannya pada orang lain karena bahasa merupakan sistem lambang yang tidak terbatas yang mampu mengungkapkan segala pemikiran.
Keterkaitan antara bahasa dan pikiran dimungkinkan karena berpikir adalah upaya untuk mengasosiasikan kata atau konsep untuk mendapatkan satu kesimpulan melalui media bahasa. Bahasa dan pikiran memiliki keterkaitan yang saling mempengaruhi (resiprokal). Variabel berupa domain-domain kognitif dapat dipertimbangkan sebagai pendahulu perkembangan struktur bahasa pada awal tahap perkembangan anak. Namun demikian, ada proses tahapan produksi bahasa (production of language) mungkin lepas atau tidak tergantung pada domain kognitif yang lain. Sebagai bukti misalnya, beberapa individu yang memiliki gangguan keterbatasan bahasa memiliki anterior aphasics di dalam otaknya dengan performansi yang optimal.


Gangguan dalam Berbahasa
A. Developmental language disorders (ganguan perkembangan berbahasa)
1. Hanya mengalami gangguan ekspresif dengan pemahaman normal dengan sedikit atau tanpa komorbiditas – gangguan lain yang menyertainya.

2.Gangguan campuran antara perkembangan bahasa ekspresif dan reseptif. Seringkali terjadi adanya deskrepansi (perbedaan) yang bermakna antara skor tes verbal IQ dengan performal (non-verbal) IQ, dimana skor verbal IQ mencapai skor yang sangat rendah. Atau non-verbal IQ mencapai skor lebih tinggi daripada tes pemahaman bahasa. Pemahaman bahasa lebih rendah daripada rata-rata anak seusianya, artinya ada gangguan perkembangan bahasa reseptif (receptive dysphasia).
1 dan 2 di atas dapat terjadi pada anak yang mengalami gangguan perkembangan bahasa dan bicara.
B. Gangguan bahasa reseptif: diluar definisi dysphasia development, karena pemahaman bahasa lebih jelek daripada bahasa ekspresif.

1.Kemampuan reseptif dan ekspresif sangat rendah (delay atau tertinggal); seringkali diikuti dengan gangguan nonverbal (mengalami juga keterbelakangan mental). Dalam bentuk yang parah didapatkan asymbolic mental retardation atau “mute autistic”. Pemahaman bahasa dan bicara sama sekali tak nampak.

2.Verbal-auditory agnosia atau congenital word deafness (bentuk ringan dari phonologic perception problem)

3.Cortical deafness, total auditory agnosia (congenital auditory imperception).

4.Gangguan sensorik pendengaran yang parah.
C. Gangguan semantik-pragmatik
Gangguan bahasa Semantik (pengertian) – pragmatik (penggunaan) sering dimulai dengan bahasa dengan echolalia yang banyak.
D. Gangguan kelancaran bicara, atau gagap.
E. Mutisme selektif (tidak mau bicara dalam situasi atau tempat tertentu)
F. Miskin bahasa karena kurang stimulasi
G. Gangguan artikulasi dan gangguan perkembangan bahasa dan bicara, sering disebabkan karena masalah seperti dalam pembagian 1 & 2
Gangguan perkembangan bicara dan bahasa karena sebab-sebab lain:
1. Child-afasia (disebabkan karena traumatic, tumor, infeksi)
2. Landau-Kleffner-syndrom
3. Kemunduran perkembangan bahasa dan bicara dengan penyebab tak diketahui dengan atau tanpa epilepsi saat tidur dan gangguan nosologi yang tak diketahui penyebabnya, sering juga terjadi pada Autisme Spectrum Disorder (ASD).
Sebuah Ilustrasi mengatakan bahwa Stroke Penyebab Gangguan Bahasa Pasca serangan stroke selain meninggalkan kecacatan berupa kelumpuhan juga meninggalkan gangguan berbahasa atau yang dikenal dengan sebutan Afasia. Meskipun gangguan afasia yang dialami pasien stroke hanya sekitar 15 %, namun sangat mengganggu karena mereka akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan individu lain.
Pasca serangan stroke selain meninggalkan kecacatan berupa kelumpuhan juga meninggalkan gangguan berbahasa atau yang dikenal dengan sebutan Afasia. Meskipun gangguan afasia yang dialami pasien stroke hanya sekitar 15 %, namun sangat mengganggu karena mereka akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan individu lain. Menurut dr Silvia Francina Lumempou SpS dari Sub Bagian Fungsi luhur Bagian Neurologi FKUI/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, afasia muncul karena gangguan di bagian-bagian otak yang bertugas memahami bahasa lisan dan tulisan, mengeluarkan isi pikiran, mengintegrasikan fungsi pemahaman bahasa dan mengeluarkannya, serta mengintegrasikan pusat fungsi barbahasa ini dengan lainnya.
Umumnya afasia muncul bila otak kiri terganggu. Soalnya, otak kiri bagian depan berperan untuk kelancaran menuturkan isi pikiran dalam bahasa dengan baik, dan otak kiri bagian belakang untuk mengerti bahasa yang didengar dari lawan bicara. Namun ada beberapa laporan yang menyatakan gangguan ini dapat terjadi di belahan otak kanan, meski kasusnya sangat jarang, paparnya.














Pemerolehan Bahasa
Terdapat beberapa teori mengenai perolehan bahasa pada bayi dan balita yang bersumber pada perkembangan psikologi yang bersifat natur dan nurtur. Natur adalah aliran yang meyakini bahwa kemampuan manusia adalah bawaan sejak lahir. Oleh karena itu manusia telah dilengkapi secara biologis oleh alam (natur) untuk memproduksi bahasa melalui alat-alat bicara (lidah, bibir, gigi, rongga tenggorokan, dibantu oleh alat pendengaran) maupun untuk memahami arti dari bahasa tersebut (melalui skema pada kognisi). Noam Chomsky adalah tokoh yang mempercayai peran natur secara radikal dalam perolehan bahasa. Pihak yang mempercayai kekuatan nurtur dalam perolehan bahasa berargumen bahwa bayi dan balita memperoleh bahasa karena terbiasa pada bahasa ibu. Hal ini terbukti pada pembentukan kemampuan fonem yang tergantung pada bahasa ibu. Misalkan pada bayi Jepang pada usia dibawah 6 bulan masih dapat membedakan fonem ra dan la dengan jelas, namun pada usia satu tahun mereka kesulitan untuk membedakan fonem ra dan la.Michael Tomasello mengkritik Chomsky bahwa bahasa tidak akan muncul begitu saja. Ia meyakini bahwa bahasa diperoleh karena bayi belajar menggunakan bahasa sebagai simbol terlebih dahulu dengan kemampuan bayi untuk melakukan atensi bersama (Join attention) pada saat sebelum bayi mampu memproduksi bahasa. Pada dasarnya natur dan nurtur memiliki kontribusi terhadap perolehan bahasa pada bayi. Menurut Kiparsky sebagaimana dikutip oleh H.G. tarigan (1985:243) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh kanak-kanak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang semakin bertambah rumit ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai dirinya dapat memilih berdasarkan suatu ukuran atau takaran penilaian tata bahasa yang paling baik dan paling sederhana dari bahasa tersebut.



Pemerolehan Bahasa Pertama
Pemerolehan bahasa pertama erat sekali kaitannya dengan perkembangan sosial anak dan karenanya juga erat hubungannya dengan pembentukan identitas sosial. Mempelajari bahasa pertama merupakan salah satu perkembangan menyeluruh anak menjadi anggota penuh suatu masyarakat. Bahasa memudahkan anak mengekspresikan gagasan, kemauannya dengan cara yang benar-benar dapat diterima secara sosial. Bahasa merupakan media yang dapat digunakan anak untuk memperoleh nilai-nilai budaya, moral, agama, dan nilai-nilai lain dalam masyarakat. Dalam melangsungkan upaya memperoleh bahasa, anak dibimbing oleh prinsip atau falsafah ‘jadilah orang lain dengan sedikit perbedaan’, ataupun ‘dapatkan atau perolehlah suatu identitas sosial dan di dalamnya, dan kembangkan identitas pribadi Anda sendiri’. Sejak dini bayi telah berinteraksi di dalam lingkungan sosialnya. Seorang ibu seringkali memberi kesempatan kepada bayi untuk ikut dalam komunikasi sosial dengannya. Kala itulah bayi pertama kali mengenal sosialisasi, bahwa dunia ini adalah tempat orang saling berbagi rasa.
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167)
Selama pemerolehan bahasa pertama, Chomsky menyebutkan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak memperoleh bahasa pertamanya. Proses yang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) secara tidak disadari. Kompetensi ini dibawa oleh setiap anak sejak lahir. Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensi memerlukan pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi dalam berbahasa. Performansi adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performansi terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri (Chaer 2003:167).
Selanjutnya, Chomsky juga beranggapan bahwa pemakai bahasa mengerti struktur dari bahasanya yang membuat dia dapat mengkreasi kalimat-kalimat baru yang tidak terhitung jumlahnya dan membuat dia mengerti kalimat-kalimat tersebut. Jadi, kompetensi adalah pengetahuan intuitif yang dipunyai seorang individu mengenai bahasa ibunya (native languange). Intuisi linguistik ini tidak begitu saja ada, tetapi dikembangkan pada anak sejalan dengan pertumbuhannya, sedangkan performansi adalah sesuatu yang dihasilkan oleh kompetensi.
Hal yang patut dipertanyakan adalah bagaimana strategi si anak dalam memperoleh bahasa pertamanya dan apakah setiap anak memiliki strategi yang sama dalam memperoleh bahsa pertamanya? Berkaitan dengan hal ini, Dardjowidjojo, (2005:243-244) menyebutkan bahwa pada umumnya kebanyakan ahli kini berpandangan bahwa anak di mana pun juga memperoleh bahasa pertamanya dengan memakai strategi yang sama. Kesamaan ini tidak hanya dilandasi oleh biologi dan neurologi manusia yang sama, tetapi juga oleh pandangan mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. Di samping itu, dalam bahasa juga terdapat konsep universal sehingga anak secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat yang universal ini. Chomsky mengibaratkan anak sebagai entitas yang seluruh tubuhnya telah dipasang tombol serta kabel listrik: mana yang dipencet, itulah yang akan menyebabkan bola lampu tertentu menyala. Jadi, bahasa mana dan wujudnya seperti apa ditentukan oleh input sekitarnya.
Tahap Satu-Kata atau Holofrastis
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12 dan 18 bulan. Ujaran-ujaran yang mengandung kata-kata tunggal diucapkan anak untuk mengacu pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari. Pada tahap ini pula seorang anak mulai menggunakan serangkaian bunyi berulang-ulang untuk makna yang sama. pada usia ini pula, sang anak sudah mengerti bahwa bunyi ujar berkaitan dengan makna dan mulai mengucapkan kata-kata yang pertama. Itulah sebabnya tahap ini disebut tahap satu kata satu frase atau kalimat, yang berarti bahwa satu kata yang diucapkan anak itu merupakan satu konsep yang lengkap, misalnya “mam” (Saya minta makan); “pa” (Saya mau papa ada di sini), “Ma” (Saya mau mama ada di sini). Mula-mula, kata-kata itu diucapkan anak itu kalau rangsangan ada di situ, tetapi sesudah lebih dari satu tahun, “pa” berarti juga “Di mana papa?” dan “Ma” dapat juga berarti “Gambar seorang wanita di majalah itu adalah mama”. Menurut pendapat beberapa peneliti bahasa anak, kata-kata dalam tahap ini mempunyai tiga fungsi, yaitu kata-kata itu dihubungkan dengan perilaku anak itu sendiri atau suatu keinginan untuk suatu perilaku, untuk mengungkapkan suatu perasaan, untuk memberi nama kepada suatu benda. Dalam bentuknya, kata-kata yang diucapkan itu terdiri dari konsonan-konsonan yang mudah dilafalkan seperti m,p,s,k dan vokal-vokal seperti a,i,u,e.
Tahap Dua-Kata, Satu Frase
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 18-20 bulan. Ujaran-ujaran yang terdiri atas dua kata mulai muncul seperti mama mam dan papa ikut. Kalau pada tahap holofrastis ujaran yang diucapkan si anak belum tentu dapat ditentukan makna, pada tahap dua kata ini, ujaran si anak harus ditafsirkan sesuai dengan konteksnya. Pada tahap ini pula anak sudah mulai berpikir secara “subjek + predikat” meskipun hubungan-hubungan seperti infleksi, kata ganti orang dan jamak belum dapat digunakan. Dalam pikiran anak itu, subjek + predikat dapat terdiri atas kata benda + kata benda, seperti “Ani mainan” yang berarti “Ani sedang bermain dengan mainan” atau kata sifat + kata benda, seperti “kotor patu” yang artinya “Sepatu ini kotor” dan sebagainya.
Ujaran Telegrafis
Pada usia 2 dan 3 tahun, anak mulai menghasilkan ujaran kata-ganda (multiple-word utterances) atau disebut juga ujaran telegrafis. Anak juga sudah mampu membentuk kalimat dan mengurutkan bentuk-bentuk itu dengan benar. Kosakata anak berkembang dengan pesat mencapai beratus-ratus kata dan cara pengucapan kata-kata semakin mirip dengan bahasa orang dewasa. Contoh dalam tahap ini diberikan oleh Fromkin dan Rodman. Pada usia dini dan seterusnya, seorang anak belajar B1-nya secara bertahap dengan caranya sendiri. Ada teori yang mengatakan bahwa seorang anak dari usia dini belajar bahasa dengan cara menirukan. Namun, Fromkin dan Rodman (1993:403) menyebutkan hasil peniruan yang dilakukan oleh si anak tidak akan sama seperti yang diinginkan oleh orang dewasa. Jika orang dewasa meminta sang anak untuk menyebutkan “He’s going out”, si anak akan melafalkan dengan “He go out”. Ada lagi teori yang mengatakan bahwa seorang anak belajar dengan cara penguatan (reinforcement), artinya kalau seorang anak belajar ujaran-ujaran yang benar, ia mendapat penguatan dalam bentuk pujian, misalnya bagus, pandai, dsb. Akan tetapi, jika ujaran-ujarannya salah, ia mendapat “penguatan negatif”, misalnya lagi, salah, tidak baik. Pandangan ini berasumsi bahwa anak itu harus terus menerus diperbaiki bahasanya kalau salah dan dipuji jika ujarannya itu benar. Teori ini tampaknya belum dapat diterima seratus persen oleh para ahli psikologi dan ahli psikolinguistik. Yang benar ialah seorang anak membentuk aturan-aturan dan menyusun tata bahasa sendiri. Tidak semua anak menunjukkan kemajuan-kemajuan yang sama meskipun semuanya menunjukkan kemajuan-kemajuan yang reguler.

Teori-teori tentang Pemerolehan Bahasa Pertama

1.1 Teori Behaviorisme

Teori behaviorisme menyoroti aspek perilaku kebahasaan yang dapat diamati langsung dan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (response). Perilaku bahasa yang efektif adalah membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan. Dengan demikian, anak belajar bahasa pertamanya. Sebagai contoh, seorang anak mengucapkan bilangkali untuk barangkali. Sudah pasti si anak akan dikritik oleh ibunya atau siapa saja yang mendengar kata tersebut. Apabila sutu ketika si anak mengucapkan barangkali dengan tepat, dia tidak mendapat kritikan karena pengucapannya sudah benar. Situasi seperti inilah yang dinamakan membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan dan merupakan hal yang pokok bagi pemerolehan bahasa pertama.
B.F. Skinner adalah tokoh aliran behaviorisme. Dia menulis buku Verbal Behavior (1957) yang digunakan sebagai rujukan bagi pengikut aliran ini. Menurut aliran ini, belajar merupakan hasil faktor eksternal yang dikenakan kepada suatu organisme. Menurut Skinner, perilaku kebahasaan sama dengan perilaku yang lain, dikontrol oleh konsekuensinya. Apabila suatu usaha menyenangkan, perilaku itu akan terus dikerjakan. Sebaliknya, apabila tidak menguntungkan, perilaku itu akan ditinggalkan. Singkatnya, apabila ada reinforcement yang cocok, perilaku akan berubah dan inilah yang disebut belajar. Namun demikian, banyak kritikan terhadap aliran ini. Chomsky mengatakan bahwa toeri yang berlandaskan conditioning dan reinforcement tidak bisa menjelaskan kalimat-kalimat baru yang diucapkan untuk pertama kali dan inilah yang kita kerjakan tiap hari. Bower dan Hilgard juga menentang aliran ini dengan mengatakan bahwa penelitian mutakhir tidak mendukung aliran ini. Aliran behaviorisme mengatakan bahwa semua ilmu dapat disederhanakan menjadi hubungan stimulus-response. Hal tersebut tidaklah benar karena tidak semua perilaku berasal dari stimulus-response.

1.2 Teori Nativisme

Chomsky merupakan penganut nativisme. Menurutnya, bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia. Pendapat Chomsky didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), setiap bahasa memiliki pola perkembangan yang sama (merupakan sesuatu yang universal), dan lingkungan memiliki peran kecil di dalam proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Ketiga, lingkungan bahasa anak tidak dapat menyediakan data yang cukup bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa. Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan rumit sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang singkat melalui “peniruan”. Nativisme juga percaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah dibekali dengan suatu alat untuk memperoleh bahasa (language acquisition device, disingkat LAD). Mengenai bahasa apa yang akan diperoleh anak bergantung pada bahasa yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Sebagai contoh, seorang anak yang dibesarkan di lingkungan Amerika sudah pasti bahasa Inggris menjadi bahasa pertamanya.

Semua anak yang normal dapat belajar bahasa apa saja yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Apabila diasingkan sejak lahir, anak ini tidak memperoleh bahasa. Dengan kata lain, LAD tidak mendapat “makanan” sebagaimana biasanya sehingga alat ini tidak bisa mendapat bahasa pertama sebagaimana lazimnya seperti anak yang dipelihara oleh srigala .Tanpa LAD, tidak mungkin seorang anak dapat menguasai bahasa dalam waktu singkat dan bisa menguasai sistem bahasa yang rumit. LAD juga memungkinkan seorang anak dapat membedakan bunyi bahasa dan bukan bunyi bahasa.


1.3 Teori Kognitivisme

Menurut teori ini, bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar. Perkembangan bahasa harus berlandaskan pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi, urutan-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa (Chaer, 2003:223). Hal ini tentu saja berbeda dengan pendapat Chomsky yang menyatakan bahwa mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak dapat menjelaskan struktur bahasa yang kompleks, abstrak, dan khas. Begitu juga dengan lingkungan berbahasa. Bahasa harus diperoleh secara alamiah. Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus dicapai adalah perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk keterampilan berbahasa. Dari lahir sampai 18 bulan, bahasa dianggap belum ada. Anak hanya memahami dunia melalui indranya. Anak hanya mengenal benda yang dilihat secara langsung. Pada akhir usia satu tahun, anak sudah dapat mengerti bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga anak mulai menggunakan simbol untuk mempresentasikan benda yang tidak hadir dihadapannya. Simbol ini kemudian berkembang menjadi kata-kata awal yang diucapkan anak.





1.4 Teori Interaksionisme

Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan bahasa. Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan adanya interaksi antara masukan “input” dan kemampuan internal yang dimiliki pembelajar. Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir. Namun, tanpa ada masukan yang sesuai tidak mungkin anak dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis. Sebenarnya, menurut hemat penulis, faktor intern dan ekstern dalam pemerolehan bahasa pertama oleh sang anak sangat mempengaruhi. Benar jika ada teori yang mengatakan bahwa kemampuan berbahasa si anak telah ada sejak lahir (telah ada LAD). Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai penemuan seperti yang telah dilakukan oleh Howard Gardner. Dia mengatakan bahwa sejak lahir anak telah dibekali berbagai kecerdasan. Salah satu kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan berbahasa. Akan tetapi, yang tidak dapat dilupakan adalah lingkungan juga faktor yang memperngaruhi kemampuan berbahasa si anak. Banyak penemuan yang telah membuktikan hal ini.

Proses Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa mempunyai dua cara yang, berbeda berdikari, dan mandiri mengenai pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua. Pertama, pemerolehan bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak. Mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan bahasa merupakan proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi. Kedua, untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan belajar bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat mempelajarinya. Akan tetapi ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut bahwa orang-orang dewasa juga memperoleh bahasa, kemampuan memungut bahasa bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatkan sarana pemerolehan bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak. Pemerolehan merupakan suatu proses yang amat kuat pada orang dewasa. Pemerolehan dan pembelajaran dapat dibedakan dalam lima hal, yaitu pemerolehan:
1. memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama, seorang anak penutur asli, sedangkan belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal,
2. secara bawah sadar, sedangkan pembelajaran sadar dan disengaja.
3. bahasa kedua seperti memungut bahasa kedua, sedangkan pembelajaran mengetahui bahasa kedua,
4. mendapat pengetahuan secara implisit, sedangkan pembelajaran mendapat pengetahuan secara eksplisit,
5. pemerolehan tidak membantu kemampuan anak, sedangkan pembelajaran menolong sekali.
Pandangan pemerolehan bahasa secara alami yang merupakan pandangan kaum nativistis yang diwakili oleh Noam Chomsky, berpendapat bahwa bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia. Perilaku bahasa adalah sesuatu yang diturunkan. Hakikatnya, pola perkembangan bahasa pada berbagai macam bahasa dan budaya. Lingkungan hanya memiliki peran kecil dalam pemerolehan bahasa. Anak sudah dibekali apa yang disebut peranti penguasaan bahasa (LAD). Pandangan pemerolehan bahasa secara disuapi adalah pandangan kaum behavioristis yang diwakili oleh B.F. Skinner dan menganggap bahasa sebagai suatu yang kompleks di antara perilaku-perilaku lain. Kemampuan berbicara dan memahami bahasa diperoleh melalui rangsangan lingkungan. Anak hanya merupakan penerima pasif dari tekanan lingkungan. Anak tidak memiliki peran aktif dalam perilaku verbalnya. Perkembangan bahasa ditentukan oleh lamanya latihan yang disodorkan lingkungannya. Anak dapat menguasai bahasanya melalui peniruan. Belajar bahasa dialami anak melalui prinsip pertalian stimulus respon.
Perkembangan bahasa anak adalah suatu kemajuan yang sebarang hingga mencapai kesempurnaan. Pandangan kognitif diwakili oleh Jean Piaget dan berpendapat bahwa bahasa bukan ciri alamiah yang terpisah melainkan satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari pematangan kognitif. Lingkungan tidak besar pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual anak. Yang penting adalah interaksi anak dengan lingkungannya. Cara pemerolehan bahasa kedua dapat dibagi dua cara, yaitu pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah. Pemerolehan bahasa kedua yang diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi bergantung pada kriteria yang ditentukan oleh guru. Strategi-strategi yang dipakai oleh seorang guru sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok bagi siswanya. Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah pemerolehan bahasa kedua/asing yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan,guru. Tidak ada keseragaman cara. Setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri-sendiri. Interaksi menuntut komunikasi bahasa dan mendorong pemerolehan bahasa. Dua ciri penting dari pemerolehan bahasa kedua secara alamiah atau interaksi spontan ialah terjadi dalam komunikasi sehari-hari, dan bebas dari pimpinan sistematis yang sengaja. Di dalam kelas ada saja buah yang dapat dianggap sangat penting dan mendasar dalam proses belajar bahasa, yaitu (1) belajar bahasa adalah orang, (2) belajar bahasa adalah orang-orang dalam interaksi dinamis, dan (3) belajar bahasa adalah: orang-orang dalam responsi.
Pemerolehan bahasa bersamaan dengan proses yang digunakan oleh anak-anak dalam pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Pemerolehan bahasa menuntut interaksi yang berarti dalam bahasa sasaran yang merupakan wadah para pembicara memperhatikan bukan bentuk ucapan-ucapan mereka tetapi pesan-pesan yang mereka sampaikan dan mereka pahami. Perbaikan kesalahan dan pengajaran kaidah- kaidah eksplisit tidaklah relevan bagi pemerolehan bahasa, tetapi para guru dan para penutur asli dapat mengubah serta membatasi ucapan-ucapan mereka kepada pemeroleh agar menolong mereka memahaminya. Modifikasi-modifikasi ini merupakan pikiran untuk membantu proses pemerolehan tersebut.




(DESI_ZULINARTI)




Daftar Pustaka


Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
http://mahadewi.blogsome.com/2006/08/23/gangguang-perkembangan-berbahasa/\\
Mar’at, Samsunuwiyati. 2005. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama.

Suriasumantri, J. 1998. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor.


Tarigan, Henry Guntur. 1984. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.

Yudibrata, Karna dkk. 1997. Psikolinguistik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
»»  READMORE...

ContOh Feature

Tanpa Warna Tidak Ada Kehidupan

Tidak ada satupun manusia yang bisa menyangkal keindahan dunia. Tidak percaya? Kalau begitu coba perhatikan lirik lagu Sherina ini dan bandingkan dengan sekitar Anda. “Langit biru, awan putih. Terbentang indah, lukisan yang kuasa”. Coba bandingkan lagi dengan lagu pelangi-pelangi. “Pelangi-pelangi alangkah indahmu. Merah, kuning, hijau di langit yang biru. Pelukismu agung siapa gerangan. Pelangi-pelangi ciptaan Tuhan”. Benarkah dunia ini indah?. Dunia ini indah karena penuh dengan warna. Tapi, apakah anda pernah berpikir kenapa dunia penuh dengan warna? Apakah anda tahu definisi warna itu sendiri? Sudah pasti, tapi tentu saja dengan definisi yang berbeda-beda. Penulis yakin anda semua pasti memiliki warna favorit. Namun, pertanyaannya mengapa anda bisa suka sekali dengan warna tersebut. Lalu, apa peranan warna dalam kehidupan manusia? lalu bagaimana bila warna tidak ada. Dalam tulisan ini, penulis akan mengajak Anda berpikir sejenak mengenai warna.
Definisi warna itu bermacam-macam. Tergantung pada siapa anda bertanya. Kalau bertanya pada anak SD, rata-rata mereka pasti menjawab merah, kuning, hijau dan warna-warna lainnya. Kalau bertanya pada Fisikawan mereka pasti menjawab warna merupakan gelombang elektromagnetik yang menuju ke mata dan kemudian diterjemahkan oleh otak sebagai warna. Begitu beragamnya definisi warna. Ya apa mau dikata, soalnya tingkat kecerdasan orang itu berbeda-beda. Tapi tidak ada yang salah mengenai definisi warna, semuanya benar. Bagi penulis sendiri warna merupakan unsur kehidupan yang berkaitan erat dengan emosi manusia. Intinya tanpa warna tidak ada kehidupan.
Warna mengambil peranan yang begitu penting dalam kehidupan manusia. Bila dunia ini hanya serba hitam dan putih seperti televisi tempo dulu. “Alah mak jang, gersang bangetlah hidup awak nie”. Warna itu membuat hidup lebih bergairah. Buktinya, sebagai manusia yang hidup di dunia, kita menerima sinar utama dari matahari, yang memberikan kehangatan, pertumbuhan, energi dan manfaat lainnya. Sinar cahaya yang ada sudah biasa kita pelajari, dapat dipisahkan menjadi berbagai macam cahaya serta warna. Ternyata kita secara emosi akan menerima dan merespon pada cahaya yang ada. Dalam suatu penelitian, cahaya yang dibentuk mirip dengan sinar yang timbul akibat mendung di pagi hari atau cerahnya hari, ternyata mempengaruhi emosi kita. Kekurangan sinar cahaya matahari juga akan membuat mood kita menjadi hambar, depresi dan merasa tidak bersemangat.
Para ahli juga mengatakan tujuh warna pelangi membantu kita memperkuat kekuatan spiritual kita. Tidak hanya mereka bergetar di permukaan bumi pada saat menjalar, tapi ketujuh warna ini menggetarkan semua bahagian dari alam dengan energi yang tidak pernah berhenti. Mata manusia bisa melihat paling sedikit 7 juta warna. Dari sekian banyak warna ini, para ahli membaginya menjadi 2 bagian yaitu hangat dan dingin. Sedangkan warna hitam dan putih tidak dimasukkan dalam dua kategori ini. Karena bila dicampur ke warna lain akan menimbulkan gradiasi. Contoh yang termasuk dalam warna hangat adalah merah, orange, kuning dan coklat. Dalam teori warna, jenis ini dikatakan bisa mengesankan kecepatan berpikir dan kehangatan, sekaligus menarik perhatian. Kelompok warna ini juga diasosiasikan dengan kebahagiaan dan kenyamanan. Selain itu, warna ini punya ‘kekuatan’ membuat tulisan dan gambar jadi eyecatching. Tapi sayangnya, diantara kelebihan di atas, warna hangat juga punya kekurangan. Akan jadi membosankan bila tak dikombinasikan dengan warna lain. Biru, hijau dan ungu dimasukkan dalam warna dingin. Bila melihat warna dingin, persepsi pada waktu seakan diperlambat. Maksudnya, Anda dibawa ke suasana yang lebih tenang dan santai. Perasaan ini timbul karena warna dingin lebih selaras dengan alam di sekeliling kita. Tapi hati-hati, ketenangan tadi bisa membuat orang jadi tak bergairah. Inilah sebabnya warna dingin sering diidentikkan dengan kesenduan dan kesedihan. Jadi agar selalu bersemangat, warna dingin juga perlu dipadukan dengan warna hangat. Agar lebih ceria dan tak membosankan.
Dalam bisnis non-internet atau bisnis internet, pemilihan warna juga punya peran. Warna-warna memiliki peran dalam menciptakan image produk serta peningkatan citra bisnis anda. penulis pun yakin, setiap orang punya warna kesukaan masing-masing. Itu menunjukkan bahwa ada hubungan antara warna dengan manusia. Seperti halnya ketika kita memilih warna busana. Kekuatan warna bisa mempengaruhi sisi emosional kita. Berikut ini penulis terangkan warna-warna dalam bisnis. Merah: Bisa berarti berani dan semangat yang berkobar-kobar. Singkatnya secara umum berhubungan dengan perasaan yang meledak-ledak. Warna merah mudah menarik perhatian dan meningkatkan nafsu. Karena itu bisnis makanan banyak menggunakan warna dominan merah karena ini dipercaya dapat meningkatkan nafsu makan pembeli. Kalau untuk teks, warna merah pasti akan lebih menarik perhatian dibanding warna lain. Namun jika untuk background dengan teks hitam, akan membuat mata cepat lelah. Putih: warna suci dan bersih. Warna yang sangat bisa dipadukan dengan warna apapun. Warna putih di situs web banyak dipakai sebagai warna background teks hitam. Sebab pengunjung akan lebih mudah untuk membacanya. Hitam: Menunjukkan hal yang tegas, elegan dan eksklusif. Juga bisa mengandung makna rahasia. Kalau untuk warna mobil, biasanya mobil berwarna hitam lebih mahal daripada mobil berwarna lain. Hijau: adalah warna alam. Banyak produk yang menekankan kealamian produk menggunakan warna ini sebagai pilihan. Untuk perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan eksplorasi alam, warna hijau banyak dipakai untuk menegaskan bahwa perusahannya berwawasan lingkungan. Warna ini termasuk yang sedang ngetren dan akan banyak dipakai khususnya dengan kampanye yang berhubungan dengan lingkungan. Kemasan deterjen juga tidak sedikit yang menggunakan warna hijau. Biru: adalah warna yang bermakna tenang dan terpercaya. Warna ini sangat baik untuk menumbuhkan loyalitas konsumen. Bank-bank banyak menggunakan warna biru sebagai warna dominannya. Kuning: adalah warna yang hangat. Cukup menarik perhatian dan sangat baik jika dijadikan background untuk teks hitam karena akan lebih mencolok terlihat.
Meski demikian, arti warna bisa bergantung juga dengan bidang tertentu, budaya, agama dan adat setempat. Warna kuning bisa berasosiasi dengan partai politik tertentu kalau dalam politik. Sementara kalau dalam kehidupan sehari-hari, bendera kuning yang dipasang di rumah seseorang, itu pertanda tengah terjadi peristiwa berkabung. Sementara bank syariah hampir pasti selalu dihiasi dengan warna hijau yang berasosiasi dengan agama tertentu.
Begitu penting peranan warna bagi kehidupan manusia. Lalu bagaimana kalau warna tidak ada. Jawabannya ada pada lirik lagu Ada Band yaitu hidupku hampa terasa. Yup.. betul sekali hidup akan benar-benar membosankan, kering dan mati rasa. Rasa mood kita menjadi hambar, depresi dan merasa tidak bersemangat atau tidak bergairah, laju perekonomian lambat dan dunia seakan tidak berputar karena yang terlintas dan yang terlihat hanya itu-itu saja. Ujung-ujungnya tidak ada warna tidak ada kehidupan. Betul tidak?
Dunia betul-betul indah, itulah yang saya rasakan. Kadang saya berpikir bagaimana orang buta melewati hidupnya dalam kegelapan. Bagaimana orang buta warna bisa merasakan gairah kehidupan. Hidup ini harus di syukuri, setidaknya itulah yang harus kita lakukan. Karena tanpa warna tidak ada kehidupan. Meskipun banyak orang buta dan orang buta warna masih dapat melanjutkan kehidupannya dan masih bersyukur akan kehidupannya. Tapi apakah kita mampu melanjutkan hidup bila kita dalam posisi mereka. Apakah Anda sanggup menghadapi hal tersebut? Apakah anda mampu survive? Apakah Anda termasuk golongan orang-orang yang bersyukur? Bagi penulis hidup ini indah penuh dengan warna dan patut di syukuri.
(Desi Zulinarti)
»»  READMORE...

ContOh Feature

Tanpa Warna Tidak Ada Kehidupan

Tidak ada satupun manusia yang bisa menyangkal keindahan dunia. Tidak percaya? Kalau begitu coba perhatikan lirik lagu Sherina ini dan bandingkan dengan sekitar Anda. “Langit biru, awan putih. Terbentang indah, lukisan yang kuasa”. Coba bandingkan lagi dengan lagu pelangi-pelangi. “Pelangi-pelangi alangkah indahmu. Merah, kuning, hijau di langit yang biru. Pelukismu agung siapa gerangan. Pelangi-pelangi ciptaan Tuhan”. Benarkah dunia ini indah?. Dunia ini indah karena penuh dengan warna. Tapi, apakah anda pernah berpikir kenapa dunia penuh dengan warna? Apakah anda tahu definisi warna itu sendiri? Sudah pasti, tapi tentu saja dengan definisi yang berbeda-beda. Penulis yakin anda semua pasti memiliki warna favorit. Namun, pertanyaannya mengapa anda bisa suka sekali dengan warna tersebut. Lalu, apa peranan warna dalam kehidupan manusia? lalu bagaimana bila warna tidak ada. Dalam tulisan ini, penulis akan mengajak Anda berpikir sejenak mengenai warna.
Definisi warna itu bermacam-macam. Tergantung pada siapa anda bertanya. Kalau bertanya pada anak SD, rata-rata mereka pasti menjawab merah, kuning, hijau dan warna-warna lainnya. Kalau bertanya pada Fisikawan mereka pasti menjawab warna merupakan gelombang elektromagnetik yang menuju ke mata dan kemudian diterjemahkan oleh otak sebagai warna. Begitu beragamnya definisi warna. Ya apa mau dikata, soalnya tingkat kecerdasan orang itu berbeda-beda. Tapi tidak ada yang salah mengenai definisi warna, semuanya benar. Bagi penulis sendiri warna merupakan unsur kehidupan yang berkaitan erat dengan emosi manusia. Intinya tanpa warna tidak ada kehidupan.
Warna mengambil peranan yang begitu penting dalam kehidupan manusia. Bila dunia ini hanya serba hitam dan putih seperti televisi tempo dulu. “Alah mak jang, gersang bangetlah hidup awak nie”. Warna itu membuat hidup lebih bergairah. Buktinya, sebagai manusia yang hidup di dunia, kita menerima sinar utama dari matahari, yang memberikan kehangatan, pertumbuhan, energi dan manfaat lainnya. Sinar cahaya yang ada sudah biasa kita pelajari, dapat dipisahkan menjadi berbagai macam cahaya serta warna. Ternyata kita secara emosi akan menerima dan merespon pada cahaya yang ada. Dalam suatu penelitian, cahaya yang dibentuk mirip dengan sinar yang timbul akibat mendung di pagi hari atau cerahnya hari, ternyata mempengaruhi emosi kita. Kekurangan sinar cahaya matahari juga akan membuat mood kita menjadi hambar, depresi dan merasa tidak bersemangat.
Para ahli juga mengatakan tujuh warna pelangi membantu kita memperkuat kekuatan spiritual kita. Tidak hanya mereka bergetar di permukaan bumi pada saat menjalar, tapi ketujuh warna ini menggetarkan semua bahagian dari alam dengan energi yang tidak pernah berhenti. Mata manusia bisa melihat paling sedikit 7 juta warna. Dari sekian banyak warna ini, para ahli membaginya menjadi 2 bagian yaitu hangat dan dingin. Sedangkan warna hitam dan putih tidak dimasukkan dalam dua kategori ini. Karena bila dicampur ke warna lain akan menimbulkan gradiasi. Contoh yang termasuk dalam warna hangat adalah merah, orange, kuning dan coklat. Dalam teori warna, jenis ini dikatakan bisa mengesankan kecepatan berpikir dan kehangatan, sekaligus menarik perhatian. Kelompok warna ini juga diasosiasikan dengan kebahagiaan dan kenyamanan. Selain itu, warna ini punya ‘kekuatan’ membuat tulisan dan gambar jadi eyecatching. Tapi sayangnya, diantara kelebihan di atas, warna hangat juga punya kekurangan. Akan jadi membosankan bila tak dikombinasikan dengan warna lain. Biru, hijau dan ungu dimasukkan dalam warna dingin. Bila melihat warna dingin, persepsi pada waktu seakan diperlambat. Maksudnya, Anda dibawa ke suasana yang lebih tenang dan santai. Perasaan ini timbul karena warna dingin lebih selaras dengan alam di sekeliling kita. Tapi hati-hati, ketenangan tadi bisa membuat orang jadi tak bergairah. Inilah sebabnya warna dingin sering diidentikkan dengan kesenduan dan kesedihan. Jadi agar selalu bersemangat, warna dingin juga perlu dipadukan dengan warna hangat. Agar lebih ceria dan tak membosankan.
Dalam bisnis non-internet atau bisnis internet, pemilihan warna juga punya peran. Warna-warna memiliki peran dalam menciptakan image produk serta peningkatan citra bisnis anda. penulis pun yakin, setiap orang punya warna kesukaan masing-masing. Itu menunjukkan bahwa ada hubungan antara warna dengan manusia. Seperti halnya ketika kita memilih warna busana. Kekuatan warna bisa mempengaruhi sisi emosional kita. Berikut ini penulis terangkan warna-warna dalam bisnis. Merah: Bisa berarti berani dan semangat yang berkobar-kobar. Singkatnya secara umum berhubungan dengan perasaan yang meledak-ledak. Warna merah mudah menarik perhatian dan meningkatkan nafsu. Karena itu bisnis makanan banyak menggunakan warna dominan merah karena ini dipercaya dapat meningkatkan nafsu makan pembeli. Kalau untuk teks, warna merah pasti akan lebih menarik perhatian dibanding warna lain. Namun jika untuk background dengan teks hitam, akan membuat mata cepat lelah. Putih: warna suci dan bersih. Warna yang sangat bisa dipadukan dengan warna apapun. Warna putih di situs web banyak dipakai sebagai warna background teks hitam. Sebab pengunjung akan lebih mudah untuk membacanya. Hitam: Menunjukkan hal yang tegas, elegan dan eksklusif. Juga bisa mengandung makna rahasia. Kalau untuk warna mobil, biasanya mobil berwarna hitam lebih mahal daripada mobil berwarna lain. Hijau: adalah warna alam. Banyak produk yang menekankan kealamian produk menggunakan warna ini sebagai pilihan. Untuk perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan eksplorasi alam, warna hijau banyak dipakai untuk menegaskan bahwa perusahannya berwawasan lingkungan. Warna ini termasuk yang sedang ngetren dan akan banyak dipakai khususnya dengan kampanye yang berhubungan dengan lingkungan. Kemasan deterjen juga tidak sedikit yang menggunakan warna hijau. Biru: adalah warna yang bermakna tenang dan terpercaya. Warna ini sangat baik untuk menumbuhkan loyalitas konsumen. Bank-bank banyak menggunakan warna biru sebagai warna dominannya. Kuning: adalah warna yang hangat. Cukup menarik perhatian dan sangat baik jika dijadikan background untuk teks hitam karena akan lebih mencolok terlihat.
Meski demikian, arti warna bisa bergantung juga dengan bidang tertentu, budaya, agama dan adat setempat. Warna kuning bisa berasosiasi dengan partai politik tertentu kalau dalam politik. Sementara kalau dalam kehidupan sehari-hari, bendera kuning yang dipasang di rumah seseorang, itu pertanda tengah terjadi peristiwa berkabung. Sementara bank syariah hampir pasti selalu dihiasi dengan warna hijau yang berasosiasi dengan agama tertentu.
Begitu penting peranan warna bagi kehidupan manusia. Lalu bagaimana kalau warna tidak ada. Jawabannya ada pada lirik lagu Ada Band yaitu hidupku hampa terasa. Yup.. betul sekali hidup akan benar-benar membosankan, kering dan mati rasa. Rasa mood kita menjadi hambar, depresi dan merasa tidak bersemangat atau tidak bergairah, laju perekonomian lambat dan dunia seakan tidak berputar karena yang terlintas dan yang terlihat hanya itu-itu saja. Ujung-ujungnya tidak ada warna tidak ada kehidupan. Betul tidak?
Dunia betul-betul indah, itulah yang saya rasakan. Kadang saya berpikir bagaimana orang buta melewati hidupnya dalam kegelapan. Bagaimana orang buta warna bisa merasakan gairah kehidupan. Hidup ini harus di syukuri, setidaknya itulah yang harus kita lakukan. Karena tanpa warna tidak ada kehidupan. Meskipun banyak orang buta dan orang buta warna masih dapat melanjutkan kehidupannya dan masih bersyukur akan kehidupannya. Tapi apakah kita mampu melanjutkan hidup bila kita dalam posisi mereka. Apakah Anda sanggup menghadapi hal tersebut? Apakah anda mampu survive? Apakah Anda termasuk golongan orang-orang yang bersyukur? Bagi penulis hidup ini indah penuh dengan warna dan patut di syukuri.
(Desi Zulinarti)
»»  READMORE...

PengertIan Sintaksis

SINTAKSIS


A. Pengertian Sintaksis
Banyak ahli yang telah mengemukakan penjelasan ataupun batasan sintaksis. (Ramlan,1976) mengatakan bahwa ”Sintaksis adalah bahagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frasa dan kalimat”. Ada pula yang mengatakan bahwa “Sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa yang membicarakan struktur-struktur kalimat, klausa, dan frase” (Tarigan, 1985). Dari pendapat pakar tersebut, sintaksis merupakan cabang dari tata bahasa yang berhubungan dengan struktur-struktur kalimat, klausa, dan frase. Menurut Ramlan “sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase”. Satuan wacana terdiri dari unsur-unsur yang berupa kalimat, satuan kalimat terdiri dari unsur atau unsur-unsur yang berupa klausa, satuan klausa terdiri dari unsur-unsur yang berupa frase dan frase terdiri dari unsur-unsur yang berupa kata. Sintaksis sebagai bagian dari ilmu bahasa berusaha menjelaskan unsur-unsur suatu satuan serta hubungan fungsional maupun hubungan maknawi. dari pengertian diatas menurut Kridalaksana(1982) “sintaksis adalah Pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan- satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa. Satuan terkecil dalam bidang ini ialah kata”. Pengertian tersebut hampir sama dengan pengertian dari KBBI (2001:1072) yaitu sintaksis adalah (1) pengaturan dan hubungan kata dengan kata atau dengan satuan lain yang lebih besar (2) cabang linguistik tentang susunan kalimat dan bagiannya; ilmu tata kalimat. Jadi pengertian dari beberapa pakar tersebut dapat disimpulkan Sintaksis adalah Salah satu cabang dari tata bahasa yang mempelajari struktur bahasa serta hubungan dan bagian-bagiannya, yaitu hubungan antara kata dengan kata, kata dengan frase, frase dengan frase, frase dengan kata, frase dengan kalimat, kalimat dengan kata, kalimat dengan frase, kalimat dengan kalimat.
»»  READMORE...

Strategi Belajar Mengajar

BAB VII
STRATEGI PENGAJARAN KETERAMPILAN BERBAHASA


7.1 Pengantar
Keterangan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu:
a. keterampilan menyimak
b. keterampilan berbicara.
c. keterampilan membaca.
d. keterampilan menulis.

7.2 Strategi Pengajaran Menyimak.
Dalam bidang kategori metakognitif, strategi-strategi yang dapat digunakan buat pengajaran dan pembelajaran menyimak (terlebih-lebih buat menyimak pemahaman) antara lain:
1. selective attention (perhatian selektif)
2. self-monitoring (swa-pantau)
3. problem identification (identifikasi masalah)
Dalam bidang kategori kognitif, strategi-strategi yang dapat digunakan buat menyimak pemahaman adalah:
1. Rehearsal atau pengulangan nama-nama butir atau objek yang telah disimak.
2. Organization atau pengelompokan dan pengklasifikasian kata-kata terminologi, atau konsep-konsep sesuai dengan ciri-ciri semantik atau sintaktik yang disimak.
3. Inferensing atau penggunaan informasi dalam teks lisan untuk menduga makna-makna butir-butir linguistik baru, meramalkan hasil atau akibat, atau melengkapi bagian-bagian yang hilang.
4. Summarizing atau mensitesiskan secara segera apa-apa yang telah disimak untuk meyakinkan bahwa informasi telah dipahami dan dikuasai.
5. Deduction atau penerapan kaidah-kaidah untuk memahami bahasa yang disimak.
6. Imagery atau penggunaan imaji-imaji visual untuk memahami dan mengigat informasi verbal baru dari penyimakan.
7. Transfer atau penggunaan informasi linguistik yang telah diketahui untuk memberi kemudahan bagi tugas pembelajaran baru.
8. Elaboration untuk merangkaikan ide-ide yang terkandung dalam informasi baru atau memadukan ide-ide baru dengan informasi yang telah diketahui ( O’ Malley & Chamot 1990 : 45 )

Dalam bidang kategori sosial/afektif, untuk menyimak digunakan strategi-strategi:
a) Cooperation atau bekerja sama dengan teman-teman untuk memecahkan suatu masalah, mengumpulkan informasi, mengecek catatan,atau memperoleh umpan –balik pada kegiatan pembelajaran menyimak pemahaman
b) Questioning for clarification atau memperoleh dari pengajar atau teman-teman sekelas penjelasan, uraian, dan contoh-contoh tambahan.
c) Self-talk atau pengunaan kontrol mental untuk meyakinkan diri bahwa kegitan pembelajaran akan berhasil atau mengurangi kegelisahan mengenai suatu tugas pembelajaran menyimak ( O’malley & Chamot 1990 : 46)

Strategi kognitif Pembelajaran Menyimak menurut Model Ellis & Sinclair (1989)
A. Personal Strategi
a) Penggunaan Imajeri
b) Pemilihan Informasi
c) Penggunaan pengetahuan terdahulu
B. Risk Taking
a) Pendugaan berdasarkan pengetahuan terdahulu
b) Penggunaan tanda linguistik dan isyarat paralinguistik
c) Perkiraan (makna) kata baru
C. Getting Organized
a) Pengorganisasian sumber
b) Pengorganisasian materi
c) Pengorganisasian waktu

Strategi-strategi Pokok yang diajarkan pada menyimak Pemahaman
Tugas Deskripsi Strategi Teknik
Menyimak Pemahaman Para pembelajar menyimak pada rekaman otentik dialog antara seorang dokter dan pasien; kemudian menyelesaikan latihan pemahaman Selective attention Pusatkan perhatian pada butir-butir khusus selama menyimak

Elaboration Gunakan apa yang telah di ketahui
Inferencing Buat dengan Logis
Transfer Cari asal-usul yang sama, atau hubungan satu sama lain

7.2 Strategi Pengajaran Berbicara
Strategi Kognitif Pembelajaran Berbicara menurut Model Ellis & Sinclair (1989)
A. Personal Strategies
a) Mencari kesempatan praktek
b) Mengarahkan percakapan mental imajeri
B. Risk Taking
a) Pemakaian teknik keraguan
b) Latihan/Praktek
c) Bertahan pada kosa-bahasa sendiri
C. Getting Organized
a) Pengorganisasian sumber
b) Pengorgaisasian bahan
c) Pengorganisasian waktu

Strategi-strategi Pokok yang Diajarkan pada Berbicara
Tugas Deskripsi Strategi Teknik
Berbicara Para pembelajar bekerja dalam kelompok-kelompok mempersiapkan seksi-seksi sukar teks bacaan untuk diceritakan kembali pada kelas agar semua akan memahaminya. Substitution Menggunakan sinonim, parafrase dan gerak untuk mengkomunikasi makna
Cooperation Bekerja pasangan atau kelompok menyelesaikan tugas
Self-evaluation Mengecek kemampuan sendi komunikasi sukses


7.3 Strategi Pengajaran Membaca
Dalam bidang kategori kognitif, strategi-strategi yang dapat diajarkan buat membaca pemahaman adalah:
1) Rehearsal atau pengulangan nama-nama butir atau objek yang telah dibaca.
2) Organization atau pengelompokan / pengklasifikasian kata-kata, istilah-istilah, atau konsep-konsep yang telah dibaca berdasararkan ciri-ciri semantik dan sintatik.
3) Inferencing atau pemakaian informasi dalam teks untuk menduga makna butir-butir linguistik baru, meramalkan hasil, atau melengkapi bagian-bagian yang hilang.
4) Summarizing atau pensitesisan secara segera apa-apa yang telah dibaca untuk menyakinan bahwa informasi telah dipahami.
5) Deduction atau penerapan kaidah-kaidah untuk memahami bahasa bacaan.
6) Imagery atau penugasan imaji-imaji visual untuk memahami atau mengingat inormasi verbal baru dari bacaan.
7) Transfer atau penggunaan informasi linguistik yang telah diketahui untuk memberi kemudahan bagi tugas pembacaan baru.
8) Elaboration atau perangkaian ide-ide yang terkandung dalam informasi baru atau pemaduan ide-ide baru dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya.

Strategi Pokok yang Diajarkan pada Membaca Pemahaman (Reading Comprehension)
Tugas Deskripsi Strategi Teknik
Membaca Pemahaman Para pembelajar mengenali aneka strategi membaca dalam B1, lalu menerapkan strategi-strategi tersebut dalam paragraf B2 dengan kata-kata baru yang digarisbawahi Inferencing Menggunakan konteks langsung dan yang di perluas untuk menduga kata baru
Deduction
Menggunakan Kaidah-kaidah tata bahasa untuk mengenali bentuk-bentuk kata
Elaboration Menggunakan pengetahuan terdahulu membantu tugas baru
Transfer Memperkenalkan serta menggunakan kata-kata serumpun yang sama asal-usulnya


7.4 Strategi Pengajaran Menulis
Strategi Kognitif Pembelajaran Menulis Model Ellis & Sinclair (1989)
A. Personal Strategies
a) Pengumpulan model tulisan
b) Pembayangan pembaca dalam hati
B. Risk taking
a) Penggunaan kosakata dan struktur yang telah diketahui
b) Pembuatan komposisi dalam bahasa target
c) Pembuatan revisi
C. Getting Organized
a) Pengorgansasian sumber
b) Pengorganisasian materi
c) Pengorganisasian waktu

Strategi Metakognitif dan Strategi Kognitif dalam Tugas Menulis Bahasa Asing
Strategi Menulis
1. Strategi Metakognitif
- Perencanaan organisasional
- Swa-pantau
- Swa-nilai
2. Strategi Kognitif
- Penyumberan
- Terjemahan
- Substitusi
- Elaborasi
- Perangkuman

Strategi Pokok yang Diajarkan pada Empat Keterampilan Berbahasa untuk Berbagai Tugas Pembelajaran
Tugas Strategi
1. Menyimak Pemahaman a. Perhatian Selektif
b. Perluasan
c. Penyimpulan
d. Pemindahan
2. Berbicara a. Penggantian
b. Kerja sama
c. Swa-nilai
3. Membaca Pemahaman a. Penyimpulan
b. Deduksi
c. Perluasan
d. Pemindahan
4. Menulis a. Penyumberan
b. Terjemahan
c. Penggantian
d. Perangkuman














Dengan mengemukakan berbagai strategi pengajaran dan pembelajaran bahasa untuk mempermudah memperoleh pengetahuan Kognitif, yang terdiri atas:
A. Pengetahuan Deklaratif
a) Proposisi
b) Skemata
c) Jaringan proporsional
d) Rangkuman tempord
e) Rangkuman imaji
B. Pengetahuan Prosedural
a) Prosedur resepsi
b) Prosedur produksi
c) Prosedur percakapan
d) Strategi komunikasi
e) Prosedur pembelajaran
»»  READMORE...

Ungkapan

1. Judul : Barangsiapa berjiwa muda mempunyai masa depan
2. Arti Ungkapan :
Gunakan masa mudanya untuk kebaikan supaya hidup bahagia.
3. Uraian materi :
Masa muda merupakan masa yang masih memberikan semangat dalam suatu permulaan untuk maju. Usaha untuk maju, yang selalu akrab dengan kosakata "Pembangunan", apapun bentuknya, akan berhasil dengan baik apabila seluruh lapisan masyarakat turut berpartisipasi. Salah satu motivasi yang mampu mendorong mereka untuk meningkatkan keikutsertaan dan kreativitasnya, adalah etos (semangat) kerja yang dimiliki. Semakin tinggi etos kerja yang mereka hayati, dan amalkan, semakin tinggi pula gairah kerjanya. Sebaliknya, masyarakat yang tidak memiliki etos kerja, apalagi tidak menghayatinya, tentulah semangat dan minat kerjanya tidak mampu menandingi kaum yang memiliki etos kerja yang tinggi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:237), Etos Kerja adalah "Pandangan hidup yang khas suatu golongan sosial yang didasarkan kepada sifat, nilai adat-istiadat yang memberi watak dalam masyarakat". Secara etimologi dan maknawi, kata "etos" berasal dari bahasa Yunani "ethos" yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Kata etos kemudian disatukan dengan kata "kerja" sehingga terbentuklah kata baru "etos kerja". Dalam makna baru “etos kerja”, setidaknya memiliki tiga pemahaman/makna: Pertama, etos kerja berlandaskan dan berkaitan langsung dengan kejiwaan seseorang, sehingga seorang Melayu yang Muslim harus mampu mengamalkan kebiasaan yang baik sesuai dengan makna Islam yang damai, menyelamatkan dan mensejahterakan. Hal itu harus dibuktikan dengan kerja nyata yang bermanfaat bagi orang ramai. Mengekspersikan suatu karya haruslah berlandaskan semangat kerja untuk senantiasa merujuk pada perbaikan dan terus berusaha menghindari hal-hal yang buruk. Kedua, etos kerja memberikan pandangan hidup yang mendarah daging dan bersebati dengan pelakunya. Orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi harus dapat mengaktualisasikan dirinya dengan melakukan pekerjaan yang terbaik, yang bermanfaat bagi lingkungannya, sehingga etos kerja dapat menjadi identitas diri pelakunya.Ketiga, etos kerja juga memperlihatkan sikap dan harapan seseorang. Dengan sikap itulah pelakunya dapat meraih harapan yang dicita-citakannya.
Dalam pengamalannya di masyarakat, etos kerja selalu disandingkan dengan kata "etika kerja". Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 237), Etika Kerja adalah: 1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); 2) Kumpulan yang asas yang berhubungan dengan akhlak; dan 3) Nilai yang mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika kerja hendaknya menjadi pedoman dan pandu arah bagi seorang anggota masyarakat dalam kehidupannya.
Dalam kehidupan orang Melayu, etos dan etika kerja mereka telah diwariskan oleh orang tua-tua secara turun-temurun. Setidaknya, masyarakat Melayu dahulu kala memiliki etos kerja (yang lazim disebut "semangat kerja") yang tinggi, yang mampu mengangkat harkat dan martabat kaumnya untuk "duduk sama rendah dan tegak sama tinggi" dengan masyarakat dan bangsa lainnya. Sedangkan etika kerja (yang lazim disebut "pedoman kerja") Melayu, diakui banyak ahli sangat ideal karena didasarkan kepada etika kerja universal, terutama di dunia Islam. Orang tua-tua mengatakan, "berat tulang, ringan lah perut". Maksudnya, orang yang malas bekerja hidupnya akan melarat. Sebaliknya, "ringan tulang, beratlah perut" yang berarti siapa yang bekerja keras, hidupnya akan tenang dan berkecukupan. Orang tua-tua juga mengingatkan, bahwa dalam mencari peluang kerja, jangan memilih-milih. Maksudnya jangan mencari kerja yang senang, tak mau bekerja berat. Itu bukanlah sikap orang Melayu yang ingin maju. Kerja yang perlu dipilih adalah kerja itu jangan "menyalah", maksudnya jangan menyimpang dari ajaran agama dan adat-istiadat. Sesuai dengan pepatah-petitih kita, "kalau kerja sudah menyalah, dunia akhirat aib terdedah".
Keutamaan kerja, tercermin pula dalam memilih menantu atau jodoh. Orang yang belum bekerja, lazimnya dianggap belum mampu "menghidupkan anak bininya". Orang ini sepanjang dapat dielakkan, tidak akan dipilih menjadi menantu atau jodoh anaknya. Beberapa contoh di atas memberi petunjuk betapa orang Melayu sudah menanamkan nilai etos kerja dalam kehidupan masyarakatnya. Konsep etika kerja sangat penting dalam masyarakat Melayu sekarang. Orang Melayu dianjurkan oleh pemerintah untuk melihat dan meniru etika bangsa lain yang telah maju seperti Eropa, Jepang, Korea dan Cina, tentu dengan catatan tidak bertentangan dengan agama dan falsafah hidupnya.
Para ahli antropologi dan sosiologi yang telah melakukan kajian terhadap cara kerja orang Melayu sampai pada kesimpulan bahwa orang Melayu pemalas dalam bekerja, baik kerja tani, buruh, pegawai dan dunia perdagangan. Paling tidak itulah kesimpulan yang telah diambil oleh Cortesao (1940), Raffles (1935), Wheeler (1928) (dalam Abdul Halim Othman, dkk, 1993: 126). Sedang G. D. Ness dalam bukunya Bureaucracy and Rural Development in Malaysia (1967) orang Melayu dibandingkan dengan orang Cina kurang berorientasi kepada hasil dan kesuksesan hidup.
Kajian Swift (1965) pula melakukan pengamatan bahwa orang Melayu suka memiliki tanah supaya dapat hidup selesa dan sejahtera, tanpa bekerja keras. Hasil kajian Djamour (1959) hampir senada dengan Swift yang berkesimpulan bahwa orang Melayu ingin hidup senang, kenyang, dan tenang tanpa mau kerja keras. Apalagi bagi orang Melayu di Malaysia dulu, mereka bumiputera yang tidak mau bekerja di perusahaan timah dan bauksit serta kebun karet. Tidak seperti kaum pendatang: Cina, Jawa, dan India. Walaupun orang Melayu sadar mereka tidak dapat mengalahkan Cina dalam bisnis, tapi mereka tidak tertarik untuk mengikuti cara kerja mereka, yang sangat berlainan dan asing bagi orang Melayu (Wilson, 1967).
Hanya orang yang bersungguh-sungguh saja yang akan hidup bahagia. Jika sudah berjaya jangan pula bersikap sombong dan tamak. Orang yang sukses, jika bergaul dengan orang kecil/kampung tidak akan menghilangkan martabatnya. Masyarakat Melayu selalu diingatkan untuk tidak sombong dan tamak, seperti pepatah berikut ini, “jangan diikut sifat lalang, semakin tua semakin tegak. Sebab hal itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam.
4. Kesimpulan :
Gambaran tentang etos dan etika kerja Melayu, sebagian besar masih terdapat dalam masyarakat Melayu, baik yang tinggal di kota maupun di kampung-kampung. Nilai luhur budaya Melayu ini tentulah akan memberi manfaat bila disimak, dicerna, dan dihayati dengan baik dan benar. Mudah-mudahan, dengan informasi ini, orang akan mau mengingat bahwa orang Melayu memiliki etos kerjanya.
Secara teoritis dan filosofis, orang Melayu memiliki etos dan etika kerja yang hampir sempurna. Kalaupun sekarang ada anggapan bahwa orang Melayu serba ketinggalan, perajuk dan sebagainya, tentulah bukan karena tidak adanya etos kerja dalam budaya mereka, tetapi karena mereka yang tidak memahami atau tidak peduli terhadap nilai-nilai luhur budayanya itu. Apalagi dalam era pembangunan dan era globalisasi sekarang ini berbagai perubahan dan pergeseran nilai-nilai budaya terus berlangsung dalam kehidupan masyarakat, terutama masyarakat Melayu. Bila mereka tidak mau menggali dan merujuk kepada nilai-nilai luhur budayanya, tidak mustahil mereka semakin jauh tercabut dari akar budaya, tentulah tidak dapat diharapkan untuk membina dan mengembangkan kebudayaan dimaksud, dan mereka akan tetap hidup dalam ketertinggalan dan keterbelakangan.
Dan kepada pihak-pihak yang terkait, diharapkan untuk terus menggali, mengolah, membina dan mengembangkan kebudayaan Melayu, agar keberadaannya tidak hanya sekedar menjadi "buah bibir", tetapi benar-benar mampu mewarnai hidup dan kehidupan masyarakatnya, memberi manfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.
5. Daftar bacaan
Chaniago, Nur Arifin dan Bagas Pratama. 2005. 5700 Peribahasa Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia.

http://melayuonline.com/article/?a=SlBvL3FMZVZBUkU4Ng%3D%3D=&l=etos-dan-etika-kerja-melayu-motivasi-untuk-maju

http://tradisimelayu.blogspot.com/
http://www.chass.utoronto.ca/epc/srb/cyber/har2mal.html

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1999/06/26/0023.html


1. Judul : Baru dapat gading bertuah, terbuang tanduk kerbau mati
2. Arti Ungkapan :
Arti sebenarnya :
Tuah dapat berarti 1) untung; bahagia; 2) sakti
Gading bertuah dapat berarti gading yang membawa untung atau gading yang mengandung kesaktian.
Gading ialah benda yang bernilai, mahal harganya, sedangkan rotan dibandingkan dengan gading sangat kurang nilainya.
Arti kiasan:
Pribahasa diatas dikiaskan kepada seseorang yang menyia-nyiakan atau tidak lagi mempedulikan sahabat lamanya karena ia sudah mendapat sahabat baru yang lebih baik karena lebih kaya misalnya. Atau, seseorang yang mengabaikan barang yang sudah dipakainya karena memperoleh barang baru yang lebih bagus daripada barang yang lama itu. sudah lumrah dalam hidup manusia, bila ia memperoleh sesuatu yang baru yang lebih baik daripada yang lama, maka yang lama itu akan disisihkannya, tidak dipedulikannya lagi.
3. Uraian materi :
Dalam uraian ini dapat di misalkan perubahan paradigma, yaitu paradima lama menjadi paradigma baru. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia, Paradigma berarti kerangka berfikir. Jadi "Membuang Paradigma Lama" dapat kita artikan sebagai membuang kerangka berfikir yang sudah usang (ketinggalan jaman).
Membuang Paradigma Lama berarti membuang cara berfikir atau cara pandang yang sudah kadaluarsa, ketinggalan jaman dan sudah tidak lagi sesuai dengan jamannya. Zaman modern sekarang ini kita sudah harus berfikir dengan cara-cara yang rasional (= menurut pikiran dan pertimbangan yang logis, menurut pikiran yang sehat, cocok dengan akal budi, nalar) dan objektif (= mengenai keadaan sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi). Artinya dari dalam diri kitanya sendiri dulu yang harus mau dan bersedia untuk berubah, berubah didalam cara berpikir, cara memandang serta cara menilai sesuatu untuk lebih disesuaikan dengan cara yang lebih logis dan masuk akal.
Sementara cara berfikir sangat terkait erat dengan yang namanya kreativitas (= kemampuan untuk mencipta ; daya cipta ; berkreasi). Mendengar kata kreativitas, sering kali timbul di dalam pikiran kita bahwa kreativitas itu adalah milik dari Para Seniman, Para Pelukis dan Para Pengarang Buku saja. Dibenak kita, mereka itulah yang dikategorikan sebagai orang-orang kreatif, yang memiliki kemampuan untuk menciptakan dan punya banyak sekali imajinasi. Umat manusia pada dasarnya terlahir sudah dengan membawa, serta sudah memiliki kemampuan untuk berkreativitas dan berinovasi (= mengenai hal-hal yang baru). Kemampuan tersebut merupakan bagian dari akal budi dan itu merupakan salah satu dari sekian banyak sifat dasar manusia. Sebagai contoh, lihat saja anak-anak kecil jika sedang membuat coretan-coretan di atas kertas atau di dinding, dia bisa menggambarkan sesuatu atau membuat suatu bentuk permainan. Bahkan terkadang bisa timbul ide-ide atau kreasi yang tidak kita duga sebelumnya. Sekarang kita bahas mengenai ciri-ciri apa saja yang katanya dimiliki oleh orang-orang kreatif. Dikatakan bahwa orang kreatif cenderung memiliki kebiasaan-kebiasaan yang positif dan memiliki kemampuan untuk membuang pikiran-pikiran yang menghalangi timbulnya kreativitas. Faktor pendukung timbulnya pikiran positif itu adalah: ;
1. Ia memiliki sikap keterbukaan, terbuka terhadap segala macam ide serta segala macam gagasan yang berasal dari berbagai sumber. Baik itu dari hasil pemikiran dirinya sendiri, maupun yang berasal dari luar dirinya. Misalnya dari pengalaman orang lain, dari buku-buku dan lainnya. Yang bagi dia itu justru merupakan suatu tantangan, suatu misteri yang mengusik rasa ingin tahunya. Sikap keterbukaan inilah yang pada akhirnya mendorong timbulnya berbagai perubahan.
2. Ia memiliki sikap berani mencoba, berani bereksperimen dengan sesuatu hal yang baru atau bahkan sesuatu yang tidak masuk akal.
3. Ia adalah orang yang menyukai tantangan, dia menantang dirinya sendiri dan/atau orang lain untuk melakukan sesuatu yang mungkin oleh sebagian orang dianggap masih tabu untuk diungkap.
4. Ia cenderung bersikap mandiri, independent atau tidak bergantung kepada orang lain dan dapat berdiri sendiri dalam melakukan aktivitasnya.
5. Dia menciptakan sesuatu kreasi dengan menggunakan imajinasinya atau imajinatif untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, yang lebih bernilai, yang lebih unik dan lebih bercita rasa tinggi.
6. Dia tidak suka hal-hal yang sifatnya monoton (= selalu sama dengan yang dulu, itu-itu saja). Dia bosan dengan hal-hal yang sederhana, suka akan hal-hal yang baru dan tidak ingin dibatasi.
7. Dia memiliki dinamika (= semangat, gerakkan yang timbul dari dalam diri) yang tinggi, dikenal sebagai orang yang tidak kenal lelah dan sering lupa waktu. Segala tantangan dihadapinya dengan antusias (= bersemangat) dan optimisme (= sikap positif) yang tinggi.
4. Kesimpulan :
Sebagai umat manusia yang hidup dijaman serba modern, dimana bisa saja setiap saat terjadi perubahan dengan sangat drastisnya, belum lagi ditambah dengan semakin kerasnya persaingan diberbagai bidang kehidupan umat manusia. Sehingga menjadi alangkah naïfnya (= celaka, simple minded, tidak masuk akal) diri kita, jika kita masih saja mau dibelenggu atau dikekang oleh kerangka berfikir yang kurang rasional dan kurang objektif itu.
5. Daftar bacaan :
Badudu, J.S. 2008. Kamus Peribahasa memahami arti dan kiasan peribahasa, pepatah, dan ungkapan. Jakarta: Kompas.

Chaniago, Nur Arifin dan Bagas Pratama. 2005. 5700 Peribahasa Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia.

http://community.siutao.com/blog.php?b=123
http://id.shvoong.com/social-sciences/1641626-budaya-melayu-indonesia-keteladanan-usman/












1. Judul : Baru dianjur sudah bertarung
2. Arti Ungkapan :
- Baru memulai sudah mendapatkan kesulitan.
- Baru saja disiapkan, maka secara mendadak mendapat hambatan.
3. Uraian materi :
Dalam strategi perjuangan selalu memiliki hambatan maupun kesulitan. adalah sebuah kesalahan pula bila kita menjadikan kaum kolonial sebagai penyebab kemunduran itu. Karena, bagaimana pun, maju atau mundurnya suatu kaum tidak terletak pada orang lain yang berada di luar kaum itu, melainkan amat tergantung kepada pribadi-pribadi yang ada dalam kaum itu sendiri. Pada prinsipnya, kemunduran rumpun Melayu bukan sekedar kesalahan kaum kolonial, melainkan kesalahan orang Melayu sendiri yang kurang pandai berstrategi dalam perjuangan hidup.
Suasana kolonialis yang sangat sarat dengan perang dan konflik telah menyedot hampir semua energi rumpun Melayu ke dalam suasana perang, sehingga lupa menyisihkan sebagian tenaga untuk tetap berkiprah di bidang ketamadunan (Sains dan teknologi). Akibatnya, ketika era kolonialisme berlalu, kita kesulitan bangkit, karena jiwa dan raga telah begitu terkontaminasi oleh suasana perang yang banyak bersinggungan dengan nuansa emosi dan kebencian antar kelompok, dan tidak terlatih lagi menggunakan akal dan daya intelektual untuk memajukan tamadun seperti yang dulu pernah dilakukan.
Implikasi dari apa yang disebut di atas adalah kurang terlatihnya lagi orang-orang Melayu menggunakan daya nalarnya dalam menyikapi perubahan dan perkembangan zaman. Pengalaman traumatik di masa kolonial yang banyak memancing emosi, terus saja membekas dan menurun kepada generasi sekarang. Akhirnya, rumpun Melayu lebih banyak dipengaruhi oleh emosi ketimbang akal sehatnya. Padahal untuk bertindak dalam mencapai kemajuan tidak bisa disandarkan kepada emosi belaka. Dalam pada itu, bangsa Barat yang maju dipersepsi dari kacamata materi, sehingga umumnya rumpun Melayu terjebak kepada dunia materialisme. Orientasi hidup berubah menjadi materialistis, konsumeris, dan malas menggunakan akal untuk berfikir kritis. Gemar memutar kenangan masa lalu, tenggelam dalam nostalgia indah, gamang melangkah ke masa depan, sehingga takut bereksperimen. Hidup lebih mendahulukan kepentingan sesaat, ingin menikmati dalam waktu dekat. Ini semua membawa akibat rusaknya akal dan budi sebagai modal utama ketamadunan rumpun Melayu di masa depan.
Sebagai bagian dari orang dan kawasan dunia Melayu, Riau ada di antara kawasan daerah Melayu yang ikut mengalami ketertinggalan di hampir semua bidang kehidupan seperti disebut di atas. Hampir 45 persen penduduk negeri ini hidup di bawah garis kemiskinan, dan sekitar 63 persen hanya berpendidikan setingkat Sekolah Dasar (SD) ke bawah. Mereka benar-benar tertinggal di bidang pendidikan, sehingga bodoh dan miskin.
Memahami kondisi seperti disebut di atas, pemerintah dan masyarakat Riau perlu segera mengambil kebijakan konkret dan terprogram secara matang untuk menyiapkan sebuah Generasi Melayu Baru yang maju secara ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi taat dengan nilai-nilai tunjuk ajar Melayu dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk itu, kami berpendapat perlu segera dibangun sebuah Perkampungan Melayu Baru khusus untuk mendidik anak-anak muda menjadi pewaris dan pelanjut nilai budaya Melayu yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi maju. Mereka dipersiapkan sebagai generasi baru yang hidup mengikuti adat resam Melayu, tetapi juga menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara bersamaan.
4. Kesimpulan :
Dengan kekayan alam yang melimpah ruah, seharusnya orang-orang Melayu di Riau tidak boleh bodoh dan tidak boleh miskin. Mereka seharusnya bisa mengenyam pendidikan yang lebih baik dengan menggunakan dana dari sumber daya alam yang amat kaya itu. Mereka seharusnya bisa hidup sejahtera secara ekonomi, juga dengan mendayagunakan sumber-sumber tersebut.
Kecuali itu, di kalangan orang Melayu juga telah terjadi degradasi kepercayaan yang luar biasa hebat terhadap nilai-nilai Melayu yang telah diajarkan oleh nenek moyang sejak berabad-abad yang silam. Sepertinya, orang Melayu kehilangan kepercayaan diri untuk tetap berpegang kepada nilai budaya mereka sendiri dan mengadopsi budaya luar (baca, Barat) tanpa saringan, karena menganggap budaya yang disebut terakhir ini lebih baik dari budaya mereka sendiri. Mereka lupa, atau tidak mengerti bahwa dalam sejarah ternyata budaya Melayu mampu mengangkat derajat orang di kawasan ini menjadi salah satu bangsa terhormat dalam percaturan peradaban dunia .
5. Daftar bacaan :
Bachtiar, Arief. 2004. 2700 Peribahasa Indonesia. Jakarta: Buana Raya.
Chaniago, Nur Arifin. 2005. 5700 Peribahasa Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Hamidy, UU. 2004. Jagad Melayu dalam Lintasan Budaya di Riau. Pekanbaru: Bilik Kreatif Press

http://www.riaupos.com/v2/content/view/1042/30/

http://cuklon.blog.friendster.com/2008/04/melayu-dan-identitas-islam-sebuah-pandangan-dalam-upaya-mempertahankan-identitas-islam-di-bumi-melayu-riau/
»»  READMORE...

Resensi Novel "Taj Mahal"

Resensi Novel
“ Taj Mahal: Kisah Cinta Abadi “


Judul Asli : Beneath a Marble Sky : A Novel of Taj Mahal
Penulis : John Shors
Penerjemah : Meithya Rose
Penerbit : Mizan
Terbit : Februari 2007 (cetakan 3)
Tebal : 457 halaman

John Shors kali ini mengangkat sebuah novel sejarah yang berlatar asmara dan perselingkuhan, intrik dan perang saudara dibalik penciptaan Taj Mahal, yang merupakan salah satu keajaiban dunia. Novel ini berkisah tentang Jahanara yang hidup dalam lingkungan cinta kasih ayahnya sultan Shah Jahan, ibunya Mumtaz Mahal, dan kakak laki-lakinya Dara. Ketiga orang tersebut banyak mengajarkan Jahanara tentang perihal kemanusiaan. Ayahnya adalah seorang sultan yang tangguh, berhati lembut, yang begitu mencintai dan menghargai ibunya. Dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan kerajaan, tidak jarang ayahnya meminta pendapat ibunya yang sangat bijaksana, sehingga tidak ada pihak yang merasa rugi dan dirugikan. Begitupula dengan Dara kakaknya, yang selalu berusaha menyatukan umat Muslim dan umat Hindu dalam satu panji persatuan di bawah kepemimpinan ayahnya, dan mengajak Jahanara untuk memaknai hidup orang-orang kelas bawah.
Namun kebahagiaan Jahanara sebagai remaja yang hidup bebas tanpa adanya perbedaan kelas, kasta dan gender terusik karena kekejaman adik laki-lakinya yang bernama Aurangzeb yang ambisius. Di dunianya hanya ada kata perang dan keinginan membunuh yang begitu besar. Ia tidak hanya membenci umat Hindu, tetapi juga sangat membenci Jahanara dan Dara. Bagi Aurangzeb, kedua orang inilah yang akan menjadi penghalang keinginannya untuk jadi penguasa kelak.
Kesedihan mulai mewarnai hidup Jahanara. Di saat Ia masih haus kasih sayang orang tuanya, Ia harus merelakan masa remajanya terenggut oleh sebuah perkawinan politik. Kesedihannya tidak berhenti di situ saja. Ibu yang selama ini melindunginya, meninggal dunia tatkala melahirkan bayi di masa penaklukan orang-orang Deccan. Ayahnya bermuram durja sejak ditinggal ibunya. Hingga urusan kerajaan menjadi terbengkalai.
Di tengah luka yang datang silih berganti, Jahanara menemukan cintanya pada seorang ahli kaligrafi bernama Isa. Laki-laki inilah yang merancang pembuatan makam ibunya Mumtaz Mahal. Ia dan Isa merasa senasib karena sama-sama kehilangan orang-orang tercinta. Duka menempa Jahanara menjadi perempuan tegar, dan merasa bertanggung jawab atas keselamatan kerajaan di masa depan.
Konflik semakin bertambah ketika Taj Mahal rampung dibangun. Ayahnya mulai sakit-sakitan, ditambah lagi dengan pengkhianatan yang dilakukan Aurangzeb secara terang-terangan terhadap kekuasaan ayahnya. Aurangzeb mengatasnamakan agama dan Al-Qur’an untuk setiap tindakan anarkisnya. Bahkan Ia rela membunuh Dara, kakaknya sendiri dan memenjarakan Jahanara dan ayahnya.
Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur mundur. Banyaknya peristiwa yang dihadirkan membuat cerita ini terkesan berjalan lambat. Dan ending (akhir) nya pun tidak begitu jelas. Namun, novel ini mengajak kita turut serta larut dalam ceritanya yang sangat mengharukan. Ada hal baru yang bisa ditemukan di balik proses pembuatan Taj Mahal ini. Kita selama ini mengira bahwa istana yang dibuat itu memang untuk istri sultan. Tetapi setelah membaca novel ini, ternyata istana yang dibuat itu adalah bukti cinta suci Isa kepada Jahanara yang tidak bisa dimilikinya seutuhnya.
»»  READMORE...

Perbedaan Hasil Kesusastraan Balai Pustaka &Pujangga Baru (makalah)

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Kata “kesusastraan” berasal dari kata “susastra” yang memperoleh konfiks “ke-an”. Dalam hal ini, konfiks “ke-an” mengandung makna tentang atau hal. Kata “susastra” terdiri atas kata dasar “sastra” yang berarti tulisan yang mendapat awalan kehormatan “su” yang berate baik atau indah. Dengan demikian, secara etimologi kata “kesusastraan” berarti pembicaraan tentang berbagai tulisan yang indah bentuknya dan mulia isinya. Keindahan bentuk hasil kesusastraan yang kemudian lazim disebut karya sastra terlihat dari penampilan sosok fisik puisi, prosa, lirik prosa, drama, maupun bentuk karya sastra yang lain.
Pembagian zaman atau periodisasi sastra Indonesia modern sampai saat ini memang masih menjadi tahap perdebatan. Bagaimanapun banyaknya pembabakan waktu yang pernah diajukan dalam sejarah sastra Indonesia, namun pembabakan yang telah umum dipakai selalu kembali pada nama-nama angkatan. Angkatan demi angkatan itu muncul hampir 10 tahun atau 15 tahun sekali. Jadi dapatlah pula kita menamakan angkatan-angkatan itu sebagai generasi berdasarkan usianya. Tiap 10 atau 15 tahun sekali di Indonesia selalu muncul angkatan baru dalam sastra Indonesia. Selama waktu itu pengalaman dan situasi masing-masing generasi rupanya agak berbeda sehingga melahirkan ciri-ciri tersendiri pada angkatannya.
Sastra Balai Pustaka dinamakan karena para sastrawannya menulis melalui badan penerbitan pemerintah kolonial belanda yang bernama demikian, sedangkan sastra Pujangga Baru berdasarkan nama majalah kebudayaan yang terbit tahun 1933 dan melalui majalah inilah para sastrawannya menulis karya-karya mereka.
Masing-masing angkatan sastra dimulai dengan munculnya sekumpulan sastrawan yang tahun kelahirannya hampir sama dan menulis dalam gaya yang hampir sama dalam majalah atau penerbitan yang sama. Sastra Balai Pustaka dimulai tahun1920. Para penulis Balai Pustaka yang mula-mula menulis sekitar tahun 1920-an adalah mereka yang dilahirkan sekitar tahun 1895-an. Ada yang lebih dahulu ada yang lebih kemudian. Sastra Pujangga Baru diisi oleh para sastrawan yang dilahirkan sekitar tahun 1910-an.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk lebih mengetahui kesusastraan angkatan Balai Pustaka dan angkatan Pujangga Baru, maka kita perlu mengetahui:
1. Bagaimanakah latar belakang, ciri-ciri dan hasil Kesusatraan Balai Pustaka?
2. Bagaimanakah latar belakang, ciri-ciri dan hasil Kesusastraan Pujangga Baru?

1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan diatas, makalah ini bertujuan:
1. Mendeskripsikan latar belakang, ciri-ciri dan hasil Kesusatraan Balai Pustaka.
2. Mendeskripsikan latar belakang, ciri-ciri dan hasil Kesustraan Pujangga Baru.















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kesusastraan Balai Pustaka
2.1.1 Latar Belakang
Sastra Balai Pustaka tidak muncul dari masyarakat Indonesia secara bebas dan spontan. Sastra ini dimunculkan dan diatur oleh pemerintah jajahan Belanda di Indonesia. Sastra ini penuh dengan syarat-syarat dan ditulis dengan maksud-maksud tertentu, yang akhirnya bermuara bagi kepentingan politik jajahan. Dari sudut ini dapat dikatakan bahwa sastra Balai pustaka bukanlah hasil ekspresi bangsa secara murni. seperti yang dijelaskan oleh Sumardjo (1992:31) bahwa:
Sastra balai pustaka adalah sastra bertendens, yakni sstra yang ditulis untuk maksud-maksud praktis tertentu, dalam hal ini adalah mendidik bangsa Indonesia agar menjadi pegawai negeri yang patuh dan tidak ambisius sehingga ingin menyamai orang-orang belanda.

Balai Pustaka adalah suatu badan yang merupakan penjelmaan dari “Commissie voor de Volkslectuur” atau dalam bahasa indonesianya: “ Komisi Untuk Bacaan Rakyat” yang berkedudukan di Jakarta dan dibentuk oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1908. Komisi untuk bacaan rakyat didirikan, juga disebabkan politik ethis Belanda, politik balas jasa, untuk mengambil hati rakyat Indonesia. Tujuan dibentuknya Komisi Bacaan Rakyat ialah:
1. Membendung dan memberantas bacaan cabul yang diedarkan oleh penerbit partikelir.
2. Mencegah beredarnya bacaan yang membahayakan kedudukan pemerintah penjajah belanda.
3. Menjual buku-buku bacaan dengan harga yang semurah-murahnya, agar penerbit partikelir menjadi bangkrut.
4. Menerbitkan buku bacaan yang dianggap bermanfaat bagi kepentingan pemerintah Hindia Belanda di Indonesia.

2.1.2 Ciri-ciri sastra Balai Pustaka
a. Bersifat kedaerahan
Persoalan yang digarap dalam sastra Balai Pustaka adalah persoalan yang hanya terjadi di Sumatra barat. Dalam sastra Balai Pustaka jawa dan Sunda persoalan adat seperti dilukiskan dalam sastra Melayu tidak ada, atau setidak-tidaknya bukan menjadi masalah daerah. Dengan demikian warna daerah cukup menonjol dalam sastra Balai Pustaka. Banyak kejadian cerita yang hanya dapat muncul dalam masyarakat minangkabau yang matrilineal itu dan hanya di sanalah sistem sosial itu terdapat.
b. Bersifat romantik-sentimental
Banyak roman Balai Pustaka yang mematikan tokoh-tokoh utamanya. Jarang ada tokoh yang menemukan kebahagiaan di akhir cerita (kecuali darah muda, dan roman yang tidak mengambil tema percintaan). Penggambaran cerita sengaja di sentimentalkan, segalanya serba sengsara. Banyak tokoh-tokoh roman yang anak yatim, kalau tiada berayah, juga sudah tiada beribu. Sejak kecil sudah penuh dengan perjalanan penderitaan dn berakhir dengan kematian.
c. Bergaya bahasa Balai Pustaka
Gaya pengucapan dan bahasa roman Balai Pustaka boleh dikatakan seragam, dan justru diseragamkan. Bahasa melayu yang ditulis oleh para pengarang asal Sumatra dijadikan standard bahasa. Inilah sebabnya banyak para pengarang yang berasal dari luar Sumatra juga harus “diperbaiki” dahulu bahasanya agar mencapai traf bahasa Balai Pustaka. Beberapa roman ditulis oleh dua pengarang, misalnya sebabnya Rafiah Tersesat dikerjakan oleh Hardjo Sumarto dan A. Dt. Madjondo, atau Dewi Rimba dikerjakan oleh M.D. Idris dan Nur Sutan Iskandar. Jadi para Pengarang asal Sumatra Barat mendampingi para Pegarang daerah luar Sumatra untuk membetulkan bahasa melayunya.
d. Bertema Sosial
Jarang Roman Balai pustaka yang menggarap secara khusus problem watak, agama atau politik. Memang dalam beberapa hal para pengarangnya dibatasi dalam mengungkapkan pengalaman hidupnya. Persoalan sosial yang digarap kebanyakan juga konflik antara orang-orang sedaerah. Rupanya ini memang dibiarkan berkembang oleh Balai Pustaka, agar para terdidik di Indonesia makin terpecah-pecah di antara golongannya sendiri sehingga tidak sempat memikirkan nasibnya sebagai bangsa terjajah.

2.1.3 Hasil Kesusastraan Balai Pustaka
I. Jenis Prosa
Sebagian besar hasil kesusastraan Balai Pustaka berupa prosa, misalnya:
a. Roman
1. Mengenai bahasanya
Mempergunakan bahasa melayu baru yang tetap dihiasi ungkapan-ungkapan klise serta uraian yang panjang-panjang.
2. Mengenai cara mengarang
Balai Pustaka ini masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan kepribadiannya. Terutama perkara pembaharuan sastra yang berciri Balai Pustaka. Tidak mustahil jka banyak sstra barat diimpor ke Indonesia. Buku-buku berbahasa belanda diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Maka jadilah buku-buku bacaan berbahasa Indonesia dengan isi dan jalan pikiran barat. Akhirnya cara berpikr barat ni yang lebih dimnamis, lebih individualistis, mempengaruhi juga cara berpikir bangsa Indonesia. Mulailah berkembang pengarang Indonesia, karena pengaruh sastra barat dengan pikiran baratnya.
3. Mengenai isinya
Para penulis sastra Balai Pustaka sebagian besar berasal dari daerah Sumatra Barat dan daerah-daerah Sumatra lainnya. Jabatan para pengarang itu sebgian besar adalah guru dan redaktur atau campuran keduanya. Pendidikan mereka kebanyakan sekolah menengah dan ada beberapa yang lulusan perguruan tinggi. Melihat latar belakang ini jelaslah roman-roman Balai Pustaka adalah perbenturan kaum muda dengan adat daerahnya. Namun bukan masalah adat saja yang dipersoalkan, karena Balai Pustaka sebagai alat penjajahan harus “memberi pengarahan” juga pada para pembacanya. Secara garis besar tema yang digarp oleh sastra Balai Pustaka meliputi: pertentangan adat, kesetiaan sebagai pegawai anti nasionalisme dan kesejarahan.
4. Mengenai cara melukiskan cerita
Pada umumnya cara melukiskan cerita dalam roman Balai Pustaka selalu bercorak “Pasif-Romantik”. Ini berarti bahwa cita-cita baru senantiasa dikalahkan oleh adat lama yang masih beku sehingga hanya merupakan angan-angan belaka. Itulah sebabnya upaya pelaku utamanya dalam mencapi cita-cita selalu kandas, misalnya dimatikan oleh pengarangnya.
b. Novel/Cerpen
Sebenarnya tidak banyak novel/cerpen yang dihasilkan oleh Balai Pustaka. Sastra Balai Pustaka kebanyakan Roman, Puisi dan Syair. Beberapa cerpen misalnya:
- “Menyinggung Perasaan” karya Hasbullah Parinduri
- “Di Dalam Lembah Kehidupan “ karya Hamka
c. Kritik dan Essay
Salah satu essay pada sastra Balai Pustaka adalah Revolusi dan Kebudayaan karya Adinegoro (Jamaludin)
d. Drama
Pada sastra Balai Pustaka banyak Novel yang disuguhkan ke dalam bentuk drama, yaitu Kertajaya karya Sanusi pane. Terbitnya cerita drama Kertajaya menunujukkan bahwa pengarrangnya Sanusi Pane besar perhatiannya pada sejarah, atau peristiwa-peristiwa masa lalu. Kertajaya mementaskan petikan sejarah jawa lama. Kedua tokoh utamanya. Yaitu Kertajaya dan Damar Wulan, yang memperjuangkan kebenaran, akhirnya gugur secara tragis, tanpa berhasil mencapai cita-citanya.
II. Jenis Puisi
Bentuk puisi barat yang tidak terlalu terikat oleh syarat-syarat seperti puisi lama, mulai dipergunakan oleh penyair muda. Salah seorang penyair muda yakni Moh. Yamin, memelopori penggunaan bentuk sonata dalam kesusastraan Indonesia.

III. Syair
Di luar roman, cerita pendek dan drama, Balai Pustaka juga menghasilkan sejumlah besar karya syair. Karya demikian rupanya dsangat popular dalam masa sebelum perang dunia kedua, sebab bukan hanya Balai Pustaka banyak menerbitkan buku-buku semacam itu, tetapi juga para penerbit Tionghoa sejak 1870 menghasilkan buku-buku syair. Syair ini adalah warisan sastra internasional melayu, hal ini juga menunjukkan betapa para sastrawan melayu masih terikat pada budaya lama dan enggan memberontaknya.
Syair-syair yang diterbitkan Balai Pustaka sebenarnya hanya merupakan usaha menulis kembali naskah-naskah lama. Dalam hal ini sastrawan Balai Pustaka kalah maju dengan golongan masyarakat Tionghoaa yang dalam kesusastraannya banyak menulis syair-syair dengan bahan cerita yang aktual. Tetapi ini dapat dipahami karena golongan Tionghoa memang tidak memiliki tradisi syair, mereka hanya meminjam bentuk pengungkapan itu, di samping bentuk roman Barat. Adapun karya syair-syair yang pantas adalah:
- Syair Siti Aminah oleh O.St Sahbudin (1921) merupakan syair dengan cerita aktual.
- Syair Siti Asni oleh Muhamad Syah (1929) bertema kawin paksa.
- Syair Abdul Muluk oleh Balai Pustaka (1934)
- Syair Sitti Marhumah yang saleh oleh Tulis Sutan Sati (1930) dan seterusnya.



2.2 Kesusastraan Pujangga Baru
2.2.1 Latar Belakang
Dunia sastra Indonesia semakin menampilkan kemajuan dan kebebasan menciptakan pada masa angkatan pujangga baru. Masa ini dimulai dengan terbitnya majalah Pujangga Baru pada bulan Mei 1933. Majalah inilah yang merupakan terompet serta penyambung lidah para sastrawan pujangga baru. Penerbitan majalah tersebut dipimpin oleh tiga serangkai Pujangga Baru, yakni Amir Hamzah, Armijn Pane, dan Sutan Takdir Alisjahbana.
Dalam manifestasi Pujangga baru dinyatakan bahwa fungsi kesusastraan, selain melukiskan atau menggambarkan tinggi rendahnya budaya dan martabat suatu bangsa, juga mendorong bangsa tersebut ke arah kemajuan. Tujuan dari majalah Pujangga baru ini adalah
1. Menumbuhkan kesusastraan baru yang sesuai dengan zamannya.
2. Mempersatukan para sastrawan baru dalam satu wadah, yang sebelum itu tercerai berai menulis dalam beberapa majalah yang menyediakan ruang kebudayaan.
Meskipun maksud semula majalah ini adalah untuk memajukan kesusastraan baru, namun peranannya kemudian semakin meluas meliputi masalah-masalah kebudayaan umumnya.
2.2.2 Ciri-ciri Sastra Pujangga Baru
a. Sastra majalah
Sastra Balai Pustaka dan sastra Melayu –Rendah berpusat pada penerbit buku, makanya yang dilahirkan kebanyakan berupa roman, syair dan drama yang memang cukup panjang jalan ceritanya. Tetapi sejak sastra Pujangga Baru timbullah sastra majalah. Artinya banyak penulisnya yang melahirkan karya-karyanya lewat majalah. Buku jarang sekali diterbitkan. Buku-buku yang diterbitkan rata-rata berisi karya-krya yang pernah diterbitkan dalam majalah.
Sebagai sastra majalah, karya-karya yang banyak dibuat adalah puisi dan esei sastra. Karangan-karangan demikian itu tidak memakan banyak halaman majalah dan sekaligus dapat memuat banyak karya puisi. Keuntungan dari sastra majalah ini adalah bahwa karya para sastrawan lebih cepat diumumkan kepada pembacanya. Akibatnya banyak masalah aktual pada zamannya digarap dalam karya sastra.
b. Romantik
Lahirnya angkatan Pujangga Baru di tengah-tengah pergolakan kebangsaan, memberi pengaruh terhadap para sastrawannya. Dalam pujangga baru banyak dijumpai masalah cinta tanah air dan dambaan terhadap persatuan bangsa. Kaum pujangga baru banyak yang aktif dalam bidang politik dan mengalami gejolak masa radikal, maka tekanan bidang politik gubernur jenderal ini membawa pengaruh juga terhadap sifat sastranya.
Nasionlismenya Pujngga Baru menjadi moderat. Mereka tidak mau terang-terangan mengungkapkan nasionalisme secara radikal. Maka lahirlah karya-karya Romantik. Di bawah tekanan yang keras dari politik penjajahan, kaum Pujangga Baru lari ke dalam kejatyaan masa lampau atau merenungi kesunyian atau pengembaraan.
c. Lambang, Kiasan dan Metafora
Ciri yang menonjol dari puisi pujangga baru adalah penggunaan lambing dan kiasan. Penggunaan lambang ini menunjukkan bahwa mereka ingin menyatakan hasrta kebebasan dan nasionalismenya degan cara-cara tersembunyi, tidak mau terang-terangan. Ini disebabkan karena adanya tekanan dan ancaman yang nyata dari penjajah belanda.
Kiasan berbentuk alegori yang tekrenal terdapat dalam karya Rustam Effendi. Bebasari, sebuah sandiwara puisi yang mengisahkan pembebasan Dewi Bebasari, (lambang kemerdekaan Indonesia) oleh pujangga (lambang kaum muda) dari cengkraman Rawana yang jahat (lambang penjajah Belanda). Tetapi lambang-lambang yang banyak digunakan oleh kaum Pujangga Baru diambil dari alam. Dalam sajak-sajak mereka dijumpai kata-kata seperti: laut, awan, ombak, bunga, badai, gelombang, karang, biduk, pelita, dan sebagainya. Ki Hadjar Dewantara, misalnya dilambangkan sebagai teratai; H.O.S. Tjokroaminoto dilambangkan sebagai menara (mercusuar).

d. Berbahasa Indonesia
Bahasa yang digunkan dalam sastra Pujangga Baru adalah bhasa yang lain dengan sastra Balai Pustaka. Banyak kata-kata yang hidup dalam masyarakat dimasukkan ke dalam bahasa sastra. Begitu pula bahasa-bahsa daerah membuka perkembangan lebih luas bagi bahasa melayu-sekolah, karena banyaknya sastrawan-sastrawan Pujangga Baru yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Begitu pula bahasa belanda dan bahasa asing lainnya banyak masuk ke dalam bahasa Pujangga Baru. Bahkan dalam Belenggu karya Armijn pane, pengarangnya harus menyertakan daftar kata-kata yang diambilnya dari bahasa belanda dan bahasa asing lainnya untuk diterjemahkan. Namun bagaimanapun rintisan Pujangga Baru ini kelak akan melahirkan apa yang disebut bahasa Indonesia.

2.2.3 Hasil Kesusastraan Pujangga Baru
I. Jenis Prosa
Sebagian besar hasil kesusastraan Pujangga Baru berupa prosa, misalnya:
a. Roman
1. Mengenai bahasanya
Sudah lebih banyak mempergunakan bahasa yang sesuai dengan pergaulan modern. Ungkapan, kiasan dan juga perbandingan serba baru menurut kepribadian pengarang, dengan tidak adanya cara meniru satu sama lain. Perkembangan bahasa lebih maju, dan berkembang susunan bahasa melayu kuno dalam setiap karangan.
2. Mengenai cara mengarang
a. Dilukiskannya para pelaku dengan segala perwatakannnya, dan seolah-olah pengarang tidak akan memberikan pendapat apa-apa. Semua kesimpula diserahkan kepada para pembacanya sendiri. Segala citacita pengarang digambarkan lewat para pelakudengan segala permasalahannya masing-masing.
b. Lagipula para pelaku dalam roman Pujangga baru digambarkan seperti hidup bergerak, berdialog atau bersoal jawb sebagaimana orang biasa. Sedang pembacanya diajak memasuki suasana pikira para pelakunya. Pembacanya seperti ikut terlibat di dalamnya.
c. Roman Pujangga Baru jga mengutamakan segi psikologi, segi kejiwaan. Dilukiskanny apara pelaku dengan jalan pikiran dan kehidupan jiwnya masing-msing dalam menghadapi semua persoalan. Dengan demikian hampir semua roman angkatan ini mengandung analisa psikologis (ilmu jiwa).
3. Mengenai isinya
Sesuai dengan semangat pembaruan dan kebangusan bangsa Indonesia pada waktu itu, maka isi roman Pujangga baru juga menyangkut masalah yang kompleks. Tidak sekedar kawin paksa, masalah adat yang kolot model balai pustaka, tetapi sudah menjangkau problema hidup masyrakat banyak. Misalnya tentang politik, social, ekonomi, budaya, agama, pendidikan dan sebagainya. Cita-cita mereka dituangkan dalam bentuk cerita roman yang mengandung gambaran masyarakat Indonesia modern.
4. Mengenai cara melukiskan cerita
Pada umumnya cara melukiskan cerita dalam roman pujangga baru selalu bercorak “romantis idealis”, yaitu berdasarkan cita-cita pengarang yang terkandung dlam hati nuraninya. Hal-hal yang tidak memuaskan dan keadaan yang tidak menggembirakan, karena adanya kepincangan dalam masyarakat waktu itu, digambarkan secara jelas. Cita-cita kearah apa yang disebut baru, dibayangkan sebagai sesuatu yang indah, seindah-indahnya. Mereka terpesona oleh gambaran yang indah permai tentang masyarakat Indonesia baru itu.
b. Novel/Cerpen
Sebenarnya tidak banyak novel/cerpen yang dihasilkan oleh Pujangga Baru. Tidak seperti angkatan 45 yang memang mengembangkan bentuk novel/cerpen ini menjadi karya cipta yang memadai lahirnya angkatan kemerdekaan itu. Beberapa cerpen yang tidak begitu terkenal misalnya:
- “Kisah antara Manusia” oleh Armijn pane. Beberapa cerpennya diciptakan sesudah tahun 1945.
- Cerpen-cerpen yang ditulis dalam majalah “Panji Pustaka” oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
c. Kritik dan Essay
Penulisan kritik dan essay sejak lahirnya Pujangga Baru, mulai terarah dan teratur. Masalah-masalah yang menjadi tinjauan uatama ketika itu ialah masalah bahasa, kesusastraan, kebudayaan, juga dikupas soal “pengaruh barat” dalam segala segi kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya.
d. Drama
Hilangnya rasa kesukuan dan lahirnya perasaan kebangsaan Indonesia, maka lahir pula kesusastraan nasional yang tinggi. Gerakan sstra modern ini tentu tidak dapat dilepaskan dengan makin meningkatnya kesadaran nasional itu. Banyak cerita drama yang menggmbarkan kebesaran-kebesaran Indonesia di masa silam, yang erat hubungannya dengan peristiwa sejarah tanah air.

II. Jenis Puisi
Pada zaman Pujangga Baru, perkembangan puisi lebih maju daripada angkatan sebelumnya. Lagi-lagi unsur kesadaran nasional dan semangat untuk bebas telah mengilhami mereka untuk mencipta dan berkarya. Sebagai akibat dari pergaulannya dengan bangsa barat; terutama bidang sastra, para pemuda terpelajar berusaha ingin mencampakkan ikatan-ikatan puisi lama yang tradisional. Terpancar dari puisi mereka yang penuh berisi perasaan bebas, cinta tanah air, benci terhadap kolonialisme. Puisi Pujangga Baru adalah puisi bebas dalam ikatan atau terikat dalam kebebasan.


BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Kesusastraan balai Pustaka memiliki perbedaan dari ciri-ciri masing-masing yaitu: a. Bersifat kedaerahan,Persoalan yang digarap dalam sastra Balai Pustaka adalah persoalan yang hanya terjadi di Sumatra barat. b. Bersifat romantik-sentimental, Banyak roman Balai Pustaka yang mematikan tokoh-tokoh utamanya. kecil sudah penuh dengan perjalanan penderitaan dn berakhir dengan kematian. c. Bergaya bahasa Balai Pustaka, Gaya pengucapan dan bahasa roman Balai Pustaka boleh dikatakan seragam, dan justru diseragamkan. d. Bertema Sosial, Jarang Roman Balai pustaka yang menggarap secara khusus problem watak, agama atau politik. Memang dalam beberapa hal para pengarangnya dibatasi dalam mengungkapkan pengalaman hidupnya.
Kesusatraan Pujangga baru memiliki perbedaan dari ciri-ciri yaitu: a. Sastra majalah, Sastra Balai Pustaka dan sastra Melayu –Rendah berpusat pada penerbit buku, makanya yang dilahirkan kebanyakan berupa roman, syair dan drama yang memang cukup panjang jalan ceritanya. Tetapi sejak sastra Pujangga Baru timbullah sastra majalah. Artinya banyak penulisnya yang melahirkan karya-karyanya lewat majalah. b. Romantik, Lahirnya angkatan Pujangga Baru di tengah-tengah pergolakan kebangsaan, memberi pengaruh terhadap para sastrawannya. c. Lambang, Kiasan dan Metafora, Ciri yang menonjol dari puisi pujangga baru adalah penggunaan lambing dan kiasan. d. Berbahasa Indonesia, Bahasa yang digunakan dalam sastra Pujangga Baru adalah bahasa yang lain dengan sastra Balai Pustaka.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran-saran yang perlu penulis sampaikan dalam makalah ini adalah disarankan kepada pembaca ataupun para ahli untuk membahas perbedaan dari angkatan balai pustaka dan pujangga baru mengenai hasil kesusastraannya.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Roeslan M. 1983. Selayang Pandang Kesusastraan Indonesia. Surabaya: Indah.

Nursito. 2000. Ikhtisar Kesusastraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Rani, Supratman Abdul dan Yani Maryani. 2006. Intisari Sastra Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Sumardjo, Jakob. 1992. Lintasan Indonesia Modern jilid I. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Yandianto. 2004. Apresiasi Karya Sastra dan Pujangga Indonesia. Bandung: CV.M2S BANDUNG.



























Lampiran

Jenis Perbedaan BALAI PUSTAKA PUJANGGA BARU
Latar Belakang Balai Pustaka adalah suatu badan yang merupakan penjelmaan dari “Commissie voor de Volkslectuur” atau dalam bahasa indonesianya: “ Komisi Untuk Bacaan Rakyat” yang berkedudukan di Jakarta dan dibentuk oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1908. Komisi untuk bacaan rakyat didirikan, juga disebabkan politik ethis Belanda, politik balas jasa, untuk mengambil hati rakyat Indonesia. Dalam manifestasi Pujangga baru dinyatakan bahwa fungsi kesusastraan, selain melukiskan atau menggambarkan tinggi rendahnya budaya dan martabat suatu bangsa, juga mendorong bangsa tersebut ke arah kemajuan.
Ciri-ciri a. Bersifat kedaerahan
b. Bersifat romantik-sentimental
c. Bergaya bahasa Balai Pustaka
d. Bertema Sosial

a. Sastra majalah
b. Romantik
c. Lambang, Kiasan dan Metafora
d. Berbahasa Indonesia


Hasil Kesusastraan Jenis Prosa: Roman, Novel/cerpen, drama, kritik dan essay
Jenis Puisi: Puisi Lama
Jenis Syair Jenis Prosa: Roman, Novel/Cerpen, drama, kritik dan essay.
Jenis Puisi: puisi bebas dalam ikatan.
»»  READMORE...