Makalah "Cara Membedakan Antara Homonim dan Polisemi"


BAB I
PENDAHULUAN 

1.1              Latar Belakang
Saat berkomunikasi tentu saja setiap orang banyak menggunakan pembendaharaan kata. Pembendaharaan kata yang banyak sudah sangat membutuhkan bahwa seseorang tersebut sering berkata-kata. Namun, keadaan tersebut memiliki pengaruh terhadap perkembangan bahasa saat ini.
Mengkaji hal tersebut, perlu adanya pengetahuan yang lebih dalam mengenai penggunaan kata-kata, yang digunakan lebih dari satu makna dan juga mengenal serta memahami penggunaan kata yang sama tetapi ketika seseorang tersebut mengucapkannya menimbulkan arti yang berbeda.
Permasalahan tersebut lebih dikenal dengan hal yang berhubungan dengan polisemi dan homonim. Disamping hal tersebut, selain mengetahui lebih dalam tentang makna ataupun konsep dari polisemi dan homonim. Kita juga harus mengetahui dalam membedakan antara homonim dan polisemi.
Penulis memilih topik tentang homonim dan polisemi berdasarkan rentetan-rentetan pembahasan yang telah dijelaskan di atas menjadi judul makalah ini.

1.2              Permasalahan
1.      Apakah yang dimaksud dengan homonim?
2.      Apakah yang dimaksud dengan polisemi?
3.      Bagaimanakah cara membedakan antara homonim dengan polisemi?




BAB II
PEMBAHASAN



2.1              Pengertian Homonim
Homonim berasal dari bahasa Yunani, homos dan onuma. kata tersebut masing-masing berarti ’sejenis’ atau ’sama’ dan ’nama’. Dalam imu bahasa, istilah tersebut diartikan sebagai kata-kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi memiliki makna yang berbeda. Contohnya, kata genting dan jarak.
  1. genting
(1)   Karena perang, kota itu tampak sangat genting (genting = gawat)
(2)   Kakak sedang memperbaiki genting yang bocor (genting = atap)

  1. jarak
(1)   Ayah sedang menanam pohon jarak di belakang rumah (jarak = pohon)
(2)   Jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh (jarak = ukuran)

Dalam kamus, kata-kata berhomonim biasanya ditandai oleh urutan angka Romawi. Contohnya sebagai berikut:
karang I     = batu karang, sejenis batu kpur di laut.
karang II   = karangan bunga, susunan atau ikatan.
karang III  = karangan ilmiah, karya tulis.
karang IV  = pekarangan rumah, halaman.
karang V   = karang keputraan, tempat kediaman


Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama disebut homograf, namun jika yang sama adalah ejaannya maka disebut homofon.


Contoh:
Amplop (homofon)
Untuk mengirim surat untuk bapak presiden kita harus menggunakan amplop (amplop = amplop surat biasa)
Agar bisa diterima menjadi pns ia memberi amplop kepada para pejabat (amplop = sogokan atau uang pelicin)

Bisa (homofon)
Bu kadir bisa memainkan gitar dengan kakinya (bisa = mampu)
Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun)

Masa dengan Massa (homograf)
Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu)
Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa (massa = masyarakat umum)

Dalam bahasa Indonesia kadang-kadang homonim masih dapat di bedakan lagi atas homograf dan homofon, karena kesamaan bentuk itu dapat dilihat dari sudut ejaan atau ucapan, yang di antaranya adalah:
1. Ada homonim yang homograf dan homofon artinya baik ejaan maupun ucapannya sama. seperti tampak pada kata: bisa I dan bisa II, alat I (perabot,perkakas) dan alat II (jamu, tamu), amat I (sangat) dan amat II (memperhatikan).

2. Ada homonim yang homograf yang tak homofon yang berarti ejaannya sama tetapi ucapannya berbeda, seperti: sedan I (sedu, rintih) dan sedan II (mobil penumpang).

3. Ada homonim yang tidak homograf tetapi homofon, terutama yang ada kaitannya dengan fonem /h/ yang sering tidak diucapkan: muda (remaja) dan mudah (gampang), basa (bahasa) dan basah (mengandung air), bawa (angkut) dan bawah (lebih rendah).

2.2              Pengertian Polisemi
            Polisemi berasal dari kata poly dan sema, yang masing-masing berarti ’banyak’ dan ’tanda’. Jadi, polisemi berarti suatu kata yang memiliki banyak makna. Dalam bahasa indonesia, dijumpai kata-kata yang menanggung beban makna yang begitu banyak. Contohnya adalah kata kepala.
      Makna dasar kepala adalah bagian tubuh di atas leher, tempat otak dan pusat jarngan saraf. kepala merupakan bagian badan yang sangat penting dibandingkan dengan beberapa bagian anggota badan manusia lainnya. Selain berarti bagian tubuh yang penting itu, kepala digunakan dalam konteks pemakaian lainnya. inilah beberapa di antaranya.

a.       Bagian benda setelah atas atau bagian depan, contoh: kepala tongkat dan kepala surat.
b.      Pemimpin atau ketua, contoh: kepala kantor, kepala pasukan, dan kepala daerah.
c.       Sebagai kiasan atau ungkapa, contoh: kepala udang, kepala dua, dan besar kepala.

      Pemakaian kata kepala pada ketiga konteks pemakaian tersebut tidaklah menimbulkan makna yang sama sekali baru. Makna-makna tersebut masih memiliki satu kesamaan. Makna kepala dalam hal ini merupakan ’bagian yang memiliki kedudukan yang sangat penting’.

Perhatikan contoh-contoh kata berpolisemi lainnya dalam kalimat-kalimat berikut!
      1.   a. Nenek dibawa ke dokter karena sakit.
            b. Bangsa ini sedang sakit.
            c. Dedi sakit hati karena dihianati teman dekatnya.
\
      2.   a. Direncanakannya ayah akan naik pesawat malam ini.
            b. Diharapkan kakak tidak lama lagi dapat naik pangkat.
            c. Sherina adalah artis cilik yang sedang naik daun.


      3.   a. Didik jatuh dari sepeda.
b. Harga gabah jatuh. ‘merosot’
c. Setiba di rumah dia jatuh sakit. ‘menjadi’
d. Dia jatuh dalam ujian. ‘gagal’
Polisemi adalah menyangkut masalah kegandaan makna yang kadangkala bisa membingungkan pemakai bahas, tetapi justru tidak memperoleh tempat yang wajar dalam pengajaran. kegandaan makna itu bisa muncul dengan berbagai cara.
  1. Kegandaan makna dalam bahasa lisan dapat diakibatkan oleh struktur fonetik kalimat karena satuan akustik struktur yang bertali temali adalah satuan helaan nafas. contohnya ban tuan dalam ucapan bisa menyatu dalam helaan nafas menjadi dan karena berhomonim dengan bantuan jika tidak demikian, maka kemungkinan lain terjadi: dua buah kata yang terus menerus diucapkan dalam satuan helaan nafas akan menjadi sebuah kata misalnya asbak artinya secara lisan akan terjadi kegandaan makna atau polisemi karena variasi intonasi yang dilakukan pembicara.

  1. Faktor gramatikal, bentik gramatikal pemukul bisa berarti alat untuk mengukur atau orang yang memukul. sebuah frase juga bisa menyebabkan kegandaan makna meskipun kata-kata pendukung frase itu secara individual tidak menimbulkan kegandaan misalnya orang tua bisa berarti orang yang tua atau bapak dan ibu.demikian juga pada kalimat siswa sedang membaca buku sejarah baru. kalimat ini mengandung ketaksaan makna, disatu sisi dapat dipahami bahwa yang dibaca siswa tersebut buku sejarah yang baru dibelinya, artinya yang baru pada kalimat tersebut adalah bukunya. disisi lain arti yang baru disini adalah sejarahnya bukan bukunya.

  1. Faktor leksikal, bentuknya bisa polisemi atau homonim. Sumbernya bisa bermacam-macam yaitu:
1. Sebuah kata yang mengalami perubahan akan memperoleh makna baru contohnya kata makan yang semula hanya untuk manusia dan binatang. namun sekarang kata tersebut bisa dipakai pada benda yang tak bernyawa bahkan yang tidak mempunyai mulut. contohnya jarinya termakan mesin.
2. Sebuah kata akan mempunyai makna ganda jika dipakai dalam lingkungan sosial yang berbeda. bagi seorang dokter kata operasi menghadirkan dalam benaknya hal-hal sepert penyakit, pisau, ruang bedah, menjahit kulit atau daging, tetapi bagi lingkungan militer kata tersebut selalu disangkutkan dengan hal-hal seperti musuh, serangan, tembak menembak.
3. Bahasa figuratif, terutama yang menyangkut metafora juga besar peranannya dalam polisemi misalnya kata mata, makna sentralnya sebagai makna penglihat namun pada kata mata pisau,  orang indonesia mengartikannya sebagai ketajaman alat itu.
4. Pengaruh asing juga bisa menumbuhkan polisemi. apa yang disebut peminjaman makna (semantik borrowing) memang sudah lama kita kenal dalam bahasa kita.contohnya kata butir yang biasa dipakai sebagai penolong bilangan untuk barang yang bulat atau kecil, sekarang dipakai untuk mengganti kata item yang jelas tidak ada kaitannya dengan unsur bulat atau kecil.

2.3              Cara Membedakan Antara Homonim dan Polisemi
Menurut Keraf (2006:37) untuk menetapkan apakah suatu bentuk itu merupakan polisemi atau homonim tidak selalu mudah. caranya yaitu :

1. Menetapkan kata itu berdasarkan etimologi atau pertalian historisnya. contohnya kata kopi juga adalah homonim walaupun kata kopi I berasal dari bahasa belanda koffie yang berarti nama pohon dan biji yang digoreng untuk minuman sedangkan kata kopi II berasal dari bahasa Copy yang berarti salinan (surat dan sebagainya).

2.      Dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar, salah satunya adalah metafora. misalnya referen primer bagi kata-kata : mulut, mata, kepala, kaki. tangan, dan sebagainya adalah bagian-bagian dari tubuh manusia. namun dalam perluasannya berdasarkan dalam prinsip metaforis bagian bagian tubuh tersebut dapat digunakan juga untuk menyebut bagian dari: sungai, jarum, pasukan, gunung, kursi dan sebagainya. hubungan itu lahir dari kesamaan fungsi atau bentuk antara referen-referennya.

Menurut Chaer (2003:304):
  1. Makna-makna yang ada dalam polisemi meskipun berbeda tetapi dapat dilacak secara etimologi dan semantik, bahwa makna-makna itu masih mempunyai hubungan. Contohnya: kata pacar ”inai” dan kata pacar ”kekasih”.
  2. Makna-makna dalam dua bentuk homonim tidak mempunyai hubungan sama sekali. Contohnya: ”kepala” pada bentuk kepala surat dan makna ”kepala” pada kepala jarum bisa di telusuri berasal dari makna leksikal kata kepala itu.



BAB III
PENUTUP



                        Kesimpulan

Homonim diartikan sebagai kata-kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi memiliki makna yang berbeda. Polisemi berarti suatu kata yang memiliki banyak makna.
Cara Membedakan Antara Homonim dan Polisemi: Menetapkan kata itu berdasarkan etimologi atau pertalian historisnya, Dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar, salah satunya adalah metafora, Makna-makna yang ada dalam polisemi meskipun berbeda tetapi dapat dilacak secara etimologi dan semantik, bahwa makna-makna itu masih mempunyai hubungan. Makna-makna dalam dua bentuk homonim tidak mempunyai hubungan sama sekali.

                        Saran

Agar pembaca dapat memahami pengertian homonim dan polisemi. Selain itu dapat menambah wawasan bagi pembaca.


DAFTAR PUSTAKA


Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kosasih, E. 2008. Ketatabahasaan dan kesusastraan. Bandung: CV. Yrama Widya.
Mukhtar, Khalil dkk. 2006. Semantik. Pekanbaru: Cendikia Insani.
http://sunarno5.wordpress.com/2007/12/06/ungkapan-peribahasa-majas/
»»  READMORE...

contoh wacana


JANGAN ABAIKAN PEKERJAAN RUMAH

Secara umum tugas dari guru untuk siswa dinamakan PR atau pekerjaan rumah. PR meliputi berbagai bidang studi,seperti matematika,menggambar, keterampilan, dan agama.PR diberikan agar anak melatih diri di rumah dan belajar sendiri tanpa bantuan guru. Tidak ada salahnya jika seorang anak menanyakan satu atau dua soal yang kurang di pahaminya. Jika anak bertanya mengenai semua soal, jelas ia tidak menangkap guru di dalam kelas, berarti perhatian anak terbagi kemasalah lain di luar kelas.    
     PR dapat juga di kerjakan secara berkelompok. Namun, yang lebih efisien tentulah kelompok kecil yang terdiri atas dua atau tiga orang. Namun, yang lebih baik apabila PR itu di kerjakan sendiri. Setelah masing-masing selesai, barulah di periksa bersama kelompok dan hasilnya dapat menunjukkan kemampuan individu. Yang terburuk jika anak tidak membuat PR atau hanya mencontoh atau menjiplak pekerjaan teman yang pandai. Hal itu justru akan merugikan siswa itu sendiri.
     Guru akan sangat kecewa apabila siswa tidak menerjakan PR yang diberikannya. Guru memberikan PR bertujuan agar siswa secara tidak langsung belajar di rumah bukan merupakan suatu hukuman. Namun,hal itu merupakn rasa tanggung jaeab seorang murid terhadap tugas yang di berikan oleh guru.
     PR adalah salah satu bentuk belajar. Jadi tanpa PR anak harus tetap menyisihkan waktu untuk belajar setiap hari dengan teratur dan penuh tanggung jawab. Orang tua yang selalu memperhatikan kegiatan belajar putra-putrinya akan sangat membantu guru dalam menjalankan tugasnya.
     Banyak guru sependapat bahwa anak-anak yang rajin membuat PR apabila ulangan mereka akan mendapatkan nilai yang memuaskan. Sayangnya, justru anak-anak yang pandailah lebih rajin membuat PR  daripada anak-anak yang kurang pandai. Ada anak yang kurang pandai, tetapi rajin membuat PR. Namun, banyak pekerjaannya yang salah sehingga menjadi malas. Anak model itu harus dibimbing dan selalu didekati.
     Sesungguhnya tidak ada anak yang pandai secara tiba-tiba atau dalam waktu yang sangat pendek. Semua keberhasilan biasanya dicapai secara bertahap melalui kerja keras yang dibina sejak kecil dan berkelanjutan terus-menerus. Tidak ada salahnya apabila kita membiasakan diri untuk bekerja keras sejak usia dini dan menghargai waktu serta menggunakannya dengan baik.latihan ini akan bermanfaat.


»»  READMORE...

Polisemi



      Polisemi berasal dari kata poly dan sema, yang masing-masing berarti ’banyak’ dan ’tanda’. Jadi, polisemi berarti suatu kata yang memiliki banyak makna. Dalam bahasa indonesia, dijumpai kata-kata yang menanggung beban makana yang begitu banyak. Contohnya adalah kata kepala.
      Makna dasar kepala adalah bagian tubuh di atas leher, tempat otak dan pusat jarngan saraf. kepala merupakan bagian badan yang sangat penting dibandingkan dengan beberapa bagian anggota badan manusia lainnya. Selain berarti bagian tubuh yang penting itu, kepala digunakan dalam konteks pemakaian lainnya. inilah beberapa di antaranya.
a.       Bagian benda setelah atas atau bagian depan, contoh: kepala tongkat dan kepala surat.
b.      Pemimpin atau ketua, contoh: kepala kantor, kepala pasukan, dan kepala daerah.
c.       Sebagai kiasan atau ungkapa, contoh: kepala udang, kepala dua, dan besar kepala.

      Pemakaian kata kepala pada ketiga konteks pemakaian tersebut tidaklah menimbulkan makna yang sama sekali baru. Makna-makna tersebut masih memiliki satu kesamaan. Makna kepala dalam hal ini merupakan ’bagian yang memiliki kedudukan yang sangat penting’.

Perhatikan contoh-contoh kata berpolisemi lainnya dalam kalimat-kalimat berikut!
  1. a. Ari jatuh dari bangku.
b. Rupanya ia jatuh hati pada jejaka itu.
c. Usaha paman sedang jatuh sekarang.
      2.   a. Nenek dibawa ke dokter karena sakit.
            b. Bangsa ini sedang sakit.
            c. Dedi sakit hati karena dihianati teman dekatnya.
      3.   a. Direncanakannya ayah akan naik pesawat malam ini.
            b. Diharapkan kakak tidak lama lagi dapat naik pangkat.
            c. Sherina adalah artis cilik yang sedang naik daun.


Kosasih, E. 2008. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: CV. Yrama Widya.


Polisemi adalah menyangkut masalah kegandaan makna yang kadangkala bisa membingungkan pemakai bahas, tetapi justru tidak mepmperoleh tempat yang wajar dalam pengajaran. kegandaan makna itu bisa muncul dengan berbagai cara.
  1. kegandaan makna dalam bahasa lisan dapat diakibatkan oleh struktur fonetik kalimat karena satuan akustik struktur yang bertali temali adalah satuan helaan nafas. contohnya ban tuan dalam ucapan bisa menyatu dalam helaan nafas menjadi dan karena berhomonim dengan bantuan jika tidak demikian, maka kemungkinan lain terjadi: dua buah kata yang terus menerus diucapkan dalam satuan helaan nafaas akan menjadi sebuah kata misalnya asbak artinya secaa lisan akan terjadi kegandaan makna atau polisemi karena variasi intonasi yang dilakukan pembicara.
  2. faktor gramatikal, bentik gramatikal pemukul bisa berarti alat untuk mengukur atau orang yang memukul. sebuah frase juga bisa menyebabkan kegandaan makna meskipun kata-kata pendukung frase itu secara individual tidak menimbulkan egandaan misalnya orang tua bisa berarti orang yang tua atau bapak dan ibu.demikian juga pada kalimat siswa sedang membaca buku sejarah baru. klimatini mngandung ketaksaan makna, disatu sisi dapat dipahami bahwa yang dibaca siswa tersebut buku sejarah yang baru dibelinya, artinya yang baru pada kalimat tersebut adalah bukunya. disis lain arti yang baru disini adalah sejarahnya bukan bukunya.
  3. faktor leksikal, bentuknya bisa polisemi atau homonim.sumbernya bisa bermacam-macam yaitu 1. sebuah kata yang mengalami perubahan akan memperoleh makna baru contohnya kata makan yang semula hanya untuk manusai dan binatang. namun sekarang kata tersebut bisa dipakai pada benda yang tak bernyawa bahkan yang tidak epunyai mulut. contohnya jarinya termakan mesin. 2. sebuah kata akan mempunyai makna ganda jika dipakai dalam lingkungan sosial yang berbeda. bagi seorang dokter kata operasi menghadirkan dalam benaknya hal-hal sepert penyakit, pisau, ruang bedah, menjahit kulit atau daging, tetapibagi lingkungan militer kata tersebut selalu disangkutkan dengan hal-hal seperti musuh, serangan, tembak menembak. 3. bahasa figuratif, terutama yang menyangkut metafora juga besar peranannya dalam polisemi misalnya kata mata, makna sentralnya sebagai makna penglihat namun pada kata mata pisau,  orang indonesia mengartikannya sebagai ketajaman alat itu. 4. pengaruh asing juga bisa menumbuhkan polisemi. apa yang disebut peminjaman makna (semantic borrowing) memang sudah lam kita kenal dalam bahasa kita.contohnya kata butir yang biasa dipakai sebagai penolong bilangan untuk barang yang bulat atau kecil, sekarang dipakai untuk mengganti kata item yang jelas taidak ada kaitannya dengan unsur bulat atau kecil.

Menurut Keraf (2006:37) untuk menetapkan apakah suatu bentuk itu merupakan polisemi atau homonim tidak selalu mudah. caranya yaitu :

1. menetapkan kata itu berdasarkan etimologi atau pertalian historisnya. contohnya kata kopi juga adalah    homonim walaupun kata kopi I berasal dari bahasa belanda koffie yang berarti nama pohon dan biji yang digoreng untuk minuman sedangkan kata kopi II berasal dari bahasa Copy yang berarti salinan (surat dan sebagainya).

  1. dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar, salah satunya adalh metafora. misalnya referen primer bagi kata-kata : mulut, mata, kepala, kaki. tangan, dan sebagainya adalah bagian-bagian dari tubuh manusia. namun dalam perluasannya berdasarkan dalam prinsip metaforis bagian bagian tubuh tersebut dapat digunakan juga untuk menyebut bagian dari: sungai, jarum, pasukan, gunung, kursi dan sebagainya. hubungan itu lahir dari kesamaan fungsi atau bentuk antara referen-referennya.

Menurut Chaer (2003:304)
  1. Makna-makna yang ada dalam polisemi meskipun berbeda tetapi dapat dilacak secara etimologi dan semantik, bahwa makna-makna itu masih mempunyai hubungan. Contohnya: kata pacar ”inai” dan kata pacar ”kekasih”.
  2. Makna-makna dalam dua bentuk homonim tidak mempunyai hubungan sama sekali. Contohnya: ”kepala” pada bentuk kepala surat dan makna ”kepala” pada kepala jarum bisa di telusuri berasal dari makna leksikal kata kepala itu.
















»»  READMORE...

Homonim



Homonim berasal dari bahasa Yunani, homos dan onuma. kata tersebut masing-masing berarti ’sejenis’ atau ’sama’ dan ’nama’. Dalam imu bahasa, istilah tersebut diartikan sebagai kata-kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi memiliki makna yang berbeda. Contohnya, kata genting dan jarak.
  1. genting
(1)   Karena perang, kota itu tampak sangat genting (genting = gawat)
(2)   Kakak sedang memperbaiki genting yang bocor (genting = atap)

  1. jarak
(1)   Ayah sedang menanam pohon jarak di belakang rumah (jarak = pohon)
(2)   Jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh (jarak = ukuran)

Dalam kamus, kata-kata berhomonim biasanya ditandai oleh urutan angka Romawi. Contohnya sebagai berikut:
karang I     = batu karang, sejenis batu kpur di laut.
karang II   = karangan bunga, susunan atau ikatan.
karang III  = karangan ilmiah, karya tulis.
karang IV  = pekarangan rumah, halaman.
karang V   = karang keputraan, tempat kediaman

Dalam bahasa Indonesia kadang-kadang homonim masih dapat di bedakan lagi atas homograf dan homofon, karena kesamaan bentuk itu dapat dilihat dari sudut ejaan atau ucapan, yang di antaranya adalah:
1.Ada homonim yang homograf dan homofon artinya baik ejaan maupun ucapannya sama. seperti tampak pada kata: bisa I dan bisa II, alat I (perabot,perkakas) dan alat II (jamu, tamu), amat I (sangat) dan amat II (memperhatikan).
2. Ada homonim yang homograf yang tak homofon yang berarti ejaannya sama tetapi ucapannya berbeda, seperti: sedan I (sedu, rintih) dan sedan II (mobil penumpang).
3. Ada homonim yang tidak homograf tetapi homofon, terutama yang ada kaitannya dengan fonem /h/ yang sering tidak diucapkan: muda (remaja) dan mudah (gampang), basa (bahasa) dan basah (mengandung air), bawa (angkut) dan bawah (lebih rendah)

»»  READMORE...

Jenis-jenis Pembukaan Feature


1. Pembukaan feature pertanyaan

Kuliah Nyaman di PSPBSI
            Apakah anda merasa nyaman kuliah di kampus PSPBSI FKIP Unri? Jawabannya “ya” jika anda adalah Mahasiswa yang jujur dan rajin. PSPBSI kini mulai mengadakan pembenahan-pembenahan di segala bidang. Mulai dari segifisik bangunannya, kebersihan halaman, WC, ketertiban parker kendaraan, bahkan sarana dan prasarana mahasiswa dalam belajar. Semuanya menciptakan kenyamanan. Tetapi jika anda tergolong mahasiswa yang malas, segala perubahan positif itu tidak akan memberikan dampak yang berarti bagi motifasi belajar anda. Perpustakaan tidak akan menjadi pilihan anda untuk mengisi waktu luang. Anda lebih memilih nongkrong di simpang jalan daripada harus kuliah dan membaca buku di taman bacaan yang dikelilingi bunga-bunga indah itu.

2. Pembukaan feature anekdot atau lelucon

Feisal Tamin diusir Satpam
            Siang itu Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Feisal Tamin, harus rela diusir petugas satpam  di kantornya sendiri karena ia mengendarai mobil Kijang ke kantornya. Tindakan ini diambil dalam rangka pengiritan keuangan Negara. Ketika melihat ruang parker Sang Menteri yang biasanya diisi dengan mobil dinas Volvo mulus tiba-tiba nyelonong Kijang, kontan saja satpam pun “menyempritnya”, melarang parker. Sang Menteri pun terkejut. Tetapi ketika menyadari siapa yang turun dari mobil, giliran satpam yang kaget dan langsung minta maaf.

3. Pembukaan feature mendeskripsikan situasi atau objek

Unri Expo Menyita Perhatian
            Halaman Rektorat Unri Panam sesak oleh pengunjung. Mereka tampak antusias menyaksikan Unri Expo yang digelar pada 20-25 Oktober 2008. ini adalah acara yang cukup bergengsi dan penuh kreatifitas yang tinggi. Padatnya pengunjung terlihat dari jumlah kendaraan yang memadati halaman depan Rektorat. Mulai dari roda dua sampai roda empat. Karena tidak cukup lagi, maka halaman samping juga dijadikan tempat parker. Setiap hari ada dialog terbuka antara siswa, mahasiswa, guru, dosen dan masyarakat dengan Rektor Unri. Para siswa unjuk kebolehan dengan bermain band, puisi, menari, dan teater. Setiap stand fakultas dihias seindah mungkin, memamerkan kreatifitas mereka. Ada berbagai jenis sayuran dari Faperta, berbagai macam ikan dari Faperika, dan tidak kalah menarik dari Stand Kedokteran yang menyediakan pelayanan periksa darah, berat badan dan tinggi badan secara gratis.

4. Pembukaan feature statement (pernyataan yang kontras)

Pesantren Melahirkan Pengusaha
            Pada era globalisasi seperti saat ini, Pesantren tidak lagi hanya identik dengan peci, sarung, dan kitab-kitab kuno. Lulusan pesantren tidak hanya dituntut untuk pandai mengaji, menjadi Ustadz dan memenuhi kebutuhan akhirat saja. Melalui perkembangan ilmu pengetahan dan teknologi, kini sudah banyak Pesantren modern yang membekali para santrinya dengan berbagai pengetahuan baru. Mereka diperkenalkan dengan computer, internet, hukum, ilmu perdagangan, wirausaha, dan lain-lain. Hal ini bertujuan agar kelak dapat menjadi pengusaha yang mengerti dan menjalankan hukum agama sehingga mereka tidak menghalalkan segala cara hanya untuk kepentingan dan kemajuan usahanya saja.








»»  READMORE...

Konsep Karya Ilmiah


Karya Ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, dan pengetahuan orang lain sebelumnya.
Karya ilmiah: pernyataan sikap ilmiah peneliti.
Tujuan karya ilmiah: agar gagasan penulis karya ilmiah itu dapat dipelajari, lalu didukung atau ditolak oleh pembaca.
Fungsi karya ilmiah:
sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

1. Penjelasan (explanation)
2. Ramalan (prediction)
3. Kontrol (control)

Hakikat karya ilmiah: mengemukakan kebenaran melalui metodenya yang sistematis, metodologis, dan konsisten.
Syarat menulis karya ilmiah
1. motivasi dan displin yang tinggi
2. kemampuan mengolah data
3. kemampuan berfikir logis (urut) dan terpadu (sistematis)
4. kemampuan berbahasa

Sifat karya ilmiah
formal harus memenuhi syarat:
1. lugas dan tidak emosional
mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain).
2. Logis
disusun berdasarkan urutan yang konsisten
3. Efektif
satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.
4. efisien
hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami
5. ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.

Jenis-jenis karya ilmiah
umum karya ilmiah di perguruan tinggi, menurut Arifin (2003), dibedakan menjadi:
1. Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di

lapangan yang bersifat empiris-objektif. makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berpikir
deduktif atau induktif.
2. Kertas kerja seperti halnya makalah, adalah juga karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan

data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam daripada
analisis dalam makalah.
3. Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain.

Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik bedasarkan penelitian
langsung (obsevasi lapangan, atau percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa
temuan baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih di
bidang spesialisasinya.
4. Tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis

mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.
5. Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis

berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci). Disertasi ini berisi suatu
temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh
penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doktor (S3).
Manfaat Penyusunan karya ilmiah
Menurut sikumbang (1981), sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut.
1. Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karya

ilmiah, ia mesti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang hendak dibahas.
2. Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan

mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.
3. Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan dalam katalog

pengarang atau katalog judul buku.
4. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas

dan sistematis.
5. Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual.
6. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.
 

»»  READMORE...