BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Saat
berkomunikasi tentu saja setiap orang banyak menggunakan pembendaharaan kata.
Pembendaharaan kata yang banyak sudah sangat membutuhkan bahwa seseorang
tersebut sering berkata-kata. Namun, keadaan tersebut memiliki pengaruh
terhadap perkembangan bahasa saat ini.
Mengkaji
hal tersebut, perlu adanya pengetahuan yang lebih dalam mengenai penggunaan
kata-kata, yang digunakan lebih dari satu makna dan juga mengenal serta
memahami penggunaan kata yang sama tetapi ketika seseorang tersebut
mengucapkannya menimbulkan arti yang berbeda.
Permasalahan tersebut lebih dikenal dengan
hal yang berhubungan dengan polisemi dan homonim. Disamping hal tersebut,
selain mengetahui lebih dalam tentang makna ataupun konsep dari polisemi dan homonim.
Kita juga harus mengetahui dalam membedakan antara homonim dan polisemi.
Penulis memilih topik tentang homonim dan
polisemi berdasarkan rentetan-rentetan pembahasan yang telah dijelaskan di atas
menjadi judul makalah ini.
1.2
Permasalahan
1. Apakah yang dimaksud dengan homonim?
2. Apakah yang dimaksud dengan polisemi?
3. Bagaimanakah cara membedakan antara
homonim dengan polisemi?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Homonim
Homonim berasal dari bahasa
Yunani, homos dan onuma. kata tersebut masing-masing berarti
’sejenis’ atau ’sama’ dan ’nama’. Dalam imu bahasa, istilah tersebut diartikan
sebagai kata-kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi memiliki makna
yang berbeda. Contohnya, kata genting dan jarak.
- genting
(1) Karena perang, kota itu tampak sangat
genting (genting = gawat)
(2) Kakak sedang memperbaiki genting yang
bocor (genting = atap)
- jarak
(1) Ayah sedang menanam pohon jarak di
belakang rumah (jarak = pohon)
(2) Jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh
(jarak = ukuran)
Dalam kamus, kata-kata
berhomonim biasanya ditandai oleh urutan angka Romawi. Contohnya sebagai
berikut:
karang I = batu karang, sejenis batu kpur di laut.
karang II = karangan bunga, susunan atau ikatan.
karang III = karangan ilmiah, karya tulis.
karang IV = pekarangan rumah, halaman.
karang V = karang keputraan, tempat kediaman
Homonim adalah suatu kata yang
memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama
disebut homograf, namun jika yang sama adalah ejaannya maka disebut homofon.
Contoh:
Amplop (homofon)
Untuk mengirim surat untuk bapak presiden kita
harus menggunakan amplop (amplop = amplop surat biasa)
Agar bisa diterima menjadi pns ia memberi amplop
kepada para pejabat (amplop = sogokan atau uang pelicin)
Bisa (homofon)
Bu kadir bisa memainkan gitar dengan kakinya (bisa
= mampu)
Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk
diteliti (bisa = racun)
Masa dengan Massa (homograf)
Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai
(masa = waktu)
Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di
media massa (massa = masyarakat umum)
Dalam bahasa Indonesia
kadang-kadang homonim masih dapat di bedakan lagi atas homograf dan homofon,
karena kesamaan bentuk itu dapat dilihat dari sudut ejaan atau ucapan, yang di
antaranya adalah:
1. Ada
homonim yang homograf dan homofon artinya baik ejaan maupun ucapannya sama.
seperti tampak pada kata: bisa I dan bisa II, alat I (perabot,perkakas) dan
alat II (jamu, tamu), amat I (sangat) dan amat II (memperhatikan).
2. Ada
homonim yang homograf yang tak homofon yang berarti ejaannya sama tetapi
ucapannya berbeda, seperti: sedan I (sedu, rintih) dan sedan II (mobil
penumpang).
3. Ada
homonim yang tidak homograf tetapi homofon, terutama yang ada kaitannya dengan
fonem /h/ yang sering tidak diucapkan: muda (remaja) dan mudah (gampang), basa
(bahasa) dan basah (mengandung air), bawa (angkut) dan bawah (lebih rendah).
2.2
Pengertian Polisemi
Polisemi
berasal dari kata poly dan sema, yang masing-masing berarti
’banyak’ dan ’tanda’. Jadi, polisemi berarti suatu kata yang memiliki banyak
makna. Dalam bahasa indonesia, dijumpai kata-kata yang menanggung beban makna
yang begitu banyak. Contohnya adalah kata kepala.
Makna
dasar kepala adalah bagian tubuh di
atas leher, tempat otak dan pusat jarngan saraf. kepala merupakan bagian badan
yang sangat penting dibandingkan dengan beberapa bagian anggota badan manusia
lainnya. Selain berarti bagian tubuh yang penting itu, kepala digunakan dalam
konteks pemakaian lainnya. inilah beberapa di antaranya.
a. Bagian benda setelah atas atau bagian
depan, contoh: kepala tongkat dan kepala surat.
b. Pemimpin atau ketua, contoh: kepala
kantor, kepala pasukan, dan kepala daerah.
c. Sebagai kiasan atau ungkapa, contoh:
kepala udang, kepala dua, dan besar kepala.
Pemakaian
kata kepala pada ketiga konteks pemakaian tersebut tidaklah menimbulkan makna
yang sama sekali baru. Makna-makna tersebut masih memiliki satu kesamaan. Makna
kepala dalam hal ini merupakan ’bagian yang memiliki kedudukan yang sangat
penting’.
Perhatikan
contoh-contoh kata berpolisemi lainnya dalam kalimat-kalimat berikut!
1. a. Nenek dibawa ke dokter karena sakit.
b.
Bangsa ini sedang sakit.
c.
Dedi sakit hati karena dihianati teman dekatnya.
\
2. a. Direncanakannya ayah akan naik pesawat
malam ini.
b.
Diharapkan kakak tidak lama lagi dapat naik pangkat.
c.
Sherina adalah artis cilik yang sedang naik daun.
3. a. Didik jatuh dari sepeda.
b. Harga gabah jatuh. ‘merosot’
c. Setiba di rumah dia jatuh sakit. ‘menjadi’
d. Dia jatuh dalam ujian. ‘gagal’
Polisemi adalah menyangkut
masalah kegandaan makna yang kadangkala bisa membingungkan pemakai bahas,
tetapi justru tidak memperoleh tempat yang wajar dalam pengajaran. kegandaan
makna itu bisa muncul dengan berbagai cara.
- Kegandaan makna
dalam bahasa lisan dapat diakibatkan oleh struktur fonetik kalimat karena
satuan akustik struktur yang bertali temali adalah satuan helaan nafas.
contohnya ban tuan dalam ucapan bisa menyatu dalam helaan nafas menjadi
dan karena berhomonim dengan bantuan jika tidak demikian, maka kemungkinan
lain terjadi: dua buah kata yang terus menerus diucapkan dalam satuan
helaan nafas akan menjadi sebuah kata misalnya asbak artinya secara lisan
akan terjadi kegandaan makna atau polisemi karena variasi intonasi yang
dilakukan pembicara.
- Faktor gramatikal,
bentik gramatikal pemukul bisa berarti alat untuk mengukur atau orang yang
memukul. sebuah frase juga bisa menyebabkan kegandaan makna meskipun
kata-kata pendukung frase itu secara individual tidak menimbulkan kegandaan
misalnya orang tua bisa berarti orang yang tua atau bapak dan ibu.demikian
juga pada kalimat siswa sedang membaca buku sejarah baru. kalimat ini mengandung
ketaksaan makna, disatu sisi dapat dipahami bahwa yang dibaca siswa
tersebut buku sejarah yang baru dibelinya, artinya yang baru pada kalimat
tersebut adalah bukunya. disisi lain arti yang baru disini adalah
sejarahnya bukan bukunya.
- Faktor leksikal,
bentuknya bisa polisemi atau homonim. Sumbernya bisa bermacam-macam yaitu:
1. Sebuah kata
yang mengalami perubahan akan memperoleh makna baru contohnya kata makan yang
semula hanya untuk manusia dan binatang. namun sekarang kata tersebut bisa
dipakai pada benda yang tak bernyawa bahkan yang tidak mempunyai mulut.
contohnya jarinya termakan mesin.
2. Sebuah kata
akan mempunyai makna ganda jika dipakai dalam lingkungan sosial yang berbeda.
bagi seorang dokter kata operasi menghadirkan dalam benaknya hal-hal sepert
penyakit, pisau, ruang bedah, menjahit kulit atau daging, tetapi bagi
lingkungan militer kata tersebut selalu disangkutkan dengan hal-hal seperti musuh,
serangan, tembak menembak.
3. Bahasa figuratif,
terutama yang menyangkut metafora juga besar peranannya dalam polisemi misalnya
kata mata, makna sentralnya sebagai makna penglihat namun pada kata mata
pisau, orang indonesia mengartikannya
sebagai ketajaman alat itu.
4. Pengaruh asing
juga bisa menumbuhkan polisemi. apa yang disebut peminjaman makna (semantik borrowing) memang sudah lama
kita kenal dalam bahasa kita.contohnya kata butir yang biasa dipakai sebagai
penolong bilangan untuk barang yang bulat atau kecil, sekarang dipakai untuk mengganti
kata item yang jelas tidak ada kaitannya dengan unsur bulat atau kecil.
2.3
Cara Membedakan Antara Homonim dan
Polisemi
Menurut Keraf (2006:37) untuk menetapkan
apakah suatu bentuk itu merupakan polisemi atau homonim tidak selalu mudah.
caranya yaitu :
1. Menetapkan kata itu berdasarkan
etimologi atau pertalian historisnya. contohnya kata kopi juga adalah homonim
walaupun kata kopi I berasal dari bahasa belanda koffie yang berarti nama pohon
dan biji yang digoreng untuk minuman sedangkan kata kopi II berasal dari bahasa
Copy yang berarti salinan (surat dan sebagainya).
2. Dengan mengetahui prinsip perluasan makna
dari suatu makna dasar, salah satunya adalah metafora. misalnya referen primer
bagi kata-kata : mulut, mata, kepala, kaki. tangan, dan sebagainya adalah
bagian-bagian dari tubuh manusia. namun dalam perluasannya berdasarkan dalam
prinsip metaforis bagian bagian tubuh tersebut dapat digunakan juga untuk
menyebut bagian dari: sungai, jarum, pasukan, gunung, kursi dan sebagainya.
hubungan itu lahir dari kesamaan fungsi atau bentuk antara referen-referennya.
Menurut Chaer (2003:304):
- Makna-makna
yang ada dalam polisemi meskipun berbeda tetapi dapat dilacak secara
etimologi dan semantik, bahwa makna-makna itu masih mempunyai hubungan.
Contohnya: kata pacar ”inai” dan kata pacar ”kekasih”.
- Makna-makna
dalam dua bentuk homonim tidak mempunyai hubungan sama sekali. Contohnya:
”kepala” pada bentuk kepala surat dan makna ”kepala” pada kepala jarum
bisa di telusuri berasal dari makna leksikal kata kepala itu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Homonim diartikan sebagai kata-kata yang
bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi memiliki makna yang berbeda. Polisemi berarti suatu kata yang
memiliki banyak makna.
Cara Membedakan Antara Homonim dan
Polisemi: Menetapkan kata itu berdasarkan etimologi atau pertalian historisnya,
Dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar, salah satunya
adalah metafora, Makna-makna yang ada dalam polisemi meskipun berbeda tetapi
dapat dilacak secara etimologi dan semantik, bahwa makna-makna itu masih
mempunyai hubungan. Makna-makna dalam dua bentuk homonim tidak mempunyai
hubungan sama sekali.
Saran
Agar pembaca dapat memahami
pengertian homonim dan polisemi. Selain itu dapat menambah wawasan bagi
pembaca.
- Survei singkat dibayar mahal, pertama di Indonesia, Hanya ada di bisnis ini. Klik http://www.idsurvei.com/survei/Narti/ .
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kosasih, E. 2008. Ketatabahasaan dan kesusastraan. Bandung: CV. Yrama Widya.
Mukhtar, Khalil dkk. 2006. Semantik. Pekanbaru: Cendikia Insani.
http://sunarno5.wordpress.com/2007/12/06/ungkapan-peribahasa-majas/