Analisis Pencitraan dalam Puisi-puisi
karya Dasri Al-Mubary
Berdasarkan
jenis-jenis pencitraan yang dinyatakan oleh beberapa pendapat pakar, dapat
dirumuskan bahwa pencitraan terbagi menjadi enam yaitu penglihatan,
pendengaran, perasaan, penciuman, perabaan, dan gerakan. Atas dasar bentuk
pencitraan inilah penulis menganalisis puisi-puisi karya Dasri Al-Mubary.
Beberapa puisi yang terdapat dalam karya Dasri
Al-Mubary pada kumpulan puisi Zikirhari ini memiliki berbagai pengimajian seperti berikut:
- Pengimajian
Visual
Menurut Waluyo (1987:79), “jika penyair
ingin melukiskan imaji penglihatan (visual), maka puisi itu seolah-olah
melukiskan sesuatu yang bergerak-gerak.” Dengan kata lain pengimajian visual (penglihatan) merupakan suasana yang
ditimbulkan oleh indera penglihatan sehingga dapat menciptakan hal-hal yang
tidak terlihat menjadi seakan-akan terlihat. Beberapa puisi yang terdapat dalam
kumpulan puisi zikirhari ini memiliki
citraan visual seperti terlihat pada kutipan berikut:
taman
bungabunga memetik saru
melintas angin
dalam bi
maa berzikir
senjalah airmata
melaut
sukma
bi
makamakalah
maa
kalam
(Al-Mubary, 1999)
Setelah membaca puisi diatas, dari
judulnya sudah mencerminkan sesuatu yang kita seakan-akan dapat melihat sebuah
taman, dimana di taman itu terdapat bunga-bunga dan angin yang juga ikut
berzikir kepada kalam (sang pencipta). Citraan
visual yang terdapat dalam puisi taman
mampu merangsang indera penglihatan sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat
gambaran yang diungkapkan penyair.
ibu bulan
...
daundaun runduk sujud padamu
pohonpohon subuh sujud padamu
airair cucicuci beku sujud padamu
burungburung kicaukicau sujud padamu
anginangin menyejuk badansujud padamu
titah padamu malaikat asuhmu
ke asal jalanjalan pulang
nah
gapailah sampaisampai
di tiang arsyi
di pusat sebab
pulangpulang musabab
...
(Al-Mubary,1999)
Pada puisi ibu bulan diatas juga terdapat citraan visual. setelah membaca
kutipan puisi tersebut dapat tergambar seolah-olah kata yang tertuang dalam
puisi ini dapat dilihat seperti kata daundaun,
pohonpohon, airair, burungburung, anginangin sujud padamu. kata sujud
menggambarkan sesuatu yang dapat dilihat.
ceritahari
ku
burungburung memetik sayap
terbang
di atas waktu
nazar dan bul-bul
di sana
…
(Al-Mubary, 1999)
Pada kutipan puisi ceritahari ku karya Dasri diatas juga terdapat citraan visual.
Dikatakan pada puisi ini menggunakan citraan visual karena kata-kata yang
terdapat dalam puisi tersebut dapat mengungkapkan sentuhan penglihatan pembaca
yang diungkapkan oleh kata tersebut dapat kita lihat dengan pandangan mata. Hal
ini terlihat pada burung yang mengepakkan sayapnya, terbang. Burung nazar dan
bul-bul juga terdapat disana.
- Pengimajian
Auditif
Pengimajian auditif (citraan pendengaran) berhubungan dengan segala sesuatu yang
berhubungan dengan usaha memancing bayangan pendengaran. sehingga ide yang
disampaikan penyair seperti hadir diri pembaca. Jika penyair menginginkan imaji
pendengaran (auditif), maka jika kita
menghayati puisi tersebut, seolah-olah mendengarkan sesuatu. Dalam kumpulan
puisi zikirhari ada beberapa puisi
yang mengandung citraan pendengaran (auditif)
seperti yang terdapat dalam kutipan puisi berikut ini:
dengarkah
dengarkan belantara mengurai airmata
sejurai hari tenggelam dalam mimpi riam
muaranya entah di mana
hilirnya entah di mana
ombak menampar buih putih bersurai
diantar kedukaan yang membangun menara
jatiwangsa
jalan waktu adgerimis
kunikahi dikau dengan maskawin
sehelai kafan
berpasangan malaikat
menabuh huruf lewati zikirzikir
negeri firman di kakilangit allah menyemai
belulang benih padi
amis getah mengukir
menara kedukaan
jadi ayah ibu
tawaduk
basmalah
(Al-Mubary, 1999)
Puisi dengarkah di atas mengandung citraan
pendengaran (auditif). Hal ini
tergambar jelas dari judul puisi tersebut yakni dengarkah yang mengungkapkan
sentuhan pendengaran dan di tegaskan dari isinya. Pembaca seakan-akan dapat
merasakan bagaimana situasi yang terjadi karena adanya kata dengarkah ini.
perjanjian denganmu ya allah
aku ingin kembali ke
rahim ibu
tika perjanjian kita
kau ikrarkan
sebab mati bagiku
tinggal waktu
kini
di waktu kutunggu
aku ingin mengulangi
perjanjian itu
tika wajah tanpa muka
menatap kemuraman di
dahayamu
walau
berkali-kali
upinjam tangantanganmu
menjuluk gemintang
ibu
mabukku tinggal sepi
ya allah
pelata langit saksi
perjanian kita
telah kutinggalkan
begitu lama
hingga lupaku jadi
nyanyian sejadah
jika kematian di
pertemuan kekal
denganmu
ambillah nyawaku ya
allah
biar
tatapku tak pernah
lena
(Al-Mubary, 1999)
Puisi perjanjian denganmu ya allah juga
mengandung citraan pendengaran (auditif).
Hal ini terlihat dari judul puisi tersebut yang mengungkapkan perjanjian yang
diikrarkan.
bertolak
setiap aku bertolak
gorden jendela pintu
melambai rindu
mengoyak kepeihan
‘tak ka nada tamu
datang hari ini’
bertolaklah
walau hanya angin kau
reguk dalam dahaga
asap rokok
mengabarkan aku kencani dikau
dalam batang-batang
usia bergerak mundur
dan ikhlas melepas
segala ikatan
pada detikdetik tak
pernah pas
‘ada tamu mengintip
lewat reben jendela’
kerlingan dikau di
batas usia
bertolaklah
(Al-Mubary,1999)
- Pengimajian
Taktil (Citraan Rasa)
Pengimajian taktil (citraan rasa) seperti yang sudah di atas menyatakan bahwa jika
imaji taktil yang ingin digambarkan, seolah-olah merasakan sentuhan perasaan.
Pengimajian taktil berhubungan dengan sesuatu yang dapat kita rasakan, raba
atau sentuh. Dalam kumpulan puisi zikirhari ada beberapa puisi yang mengandung
citraan rasa (taktil) seperti yang terdapat dalam kutipan puisi berikut ini:
cerita hari
ku
...
sunyi kenduri dalam diriku
melahap hidangan di piringku
gelas sepi menari di bibirku
aku lahap ke punca mabuk
aku pulangpulangkan kedalam puncak ombak
ke dalam debur debur gelombang
...
(Al-Mubary, 1999)
Kutipan puisi ceritahari ku di atas memperlihatkan bahwa pada puisi tersebut
memperlihatkan citraan rasa (taktil)
untuk mengkonkretkan sesuatu. Ketika membaca kutipan puisi ini, seolah-olah
menggambarkan perasaan sunyi dan sepi pada diri pengarang dan suasana sunyi dan
sepi itu membaur dalam ombak gelombang.
syukurku
aku telah rasa nikmat kebodohan
di kau titipkan dalam rahim ibu
aku telah merasakan nikmat dari tikaman
sejarah
di kau titipkan dalam bejana ayah
walau akau sakai
sakai
(Al-Mubary, 1999)
Imaji taktil (citraan rasa) pada puisi syukurku
terlihat jelas di tiap barisnya seperti kata merasakan nikmat yang
menggambarkan suasana atau kondisi penyair walaupun kenikmatan itu bertolak
belakang dari arti kenikmatan yaitu kenikmatan kebodohan dan kenikmatan dari tingkaman
sejarah.
Berdasarkan uraian tersebut penulis dapat
menyimpulkan bahwa:
No
|
Judul Puisi
|
Citraan
|
|||
Penglihatan
|
Pendengaran
|
Perasaan
|
Gerak
|
||
1.
|
Ibu Bulan
|
V
|
|
|
|
2.
|
Dengarkah
|
|
V
|
|
|
3.
|
Perjanjian denganmu ya allah
|
|
V
|
|
|
4.
|
Bertolak
|
|
V
|
|
|
5.
|
Cerita hariku
|
V
|
|
V
|
|
6.
|
Syukurku
|
|
|
V
|
|
7.
|
Taman
|
V
|
|
|
|
Jika dilihat dari segi jumlah citraan yang
digunakan dalam sebuah puisi, penulis telah menganalisis dan menyimpulkan bahwa
dalam puisi karya Dasri Al-Mubary lebih cenderung menggunakan satu jenis
pencitraan. Puisi yang menggunakan satu jenis pencitraan terkesan kurang
estetik, hal ini dikarenakan kata-kata yang digunakan dan kelengkapan puisi
tersebut tidak memiliki variasi-variasi yang bisa menarik pembaca. Selain itu,
puisi karya Dasri Al-Mubary juga ada yang menggunakan lebih dari satu
pencitraan. Puisi yang mengandung lebih dari satu pecitraan tersebut lebih
memberikan kesan yang estetik dan pembaca seolah-olah merasakan apa yang
diimajinasikan oleh penulis.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dari 7 puisi
karya Dasri Al-Mubary , lebih cenderung menggunakan pencitraan, penglihatan dan
pendengaran.
Alasan Penulis menganalisis puisi karya Dasri Al-Mubary ialah:
- Salah satu
sastrawan Riau yang telah berkiprah di UNRI khususnya FKIP, Prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
- Ingin
mengetahui karya-karya Dasri Al-Mubary khususnya dalam bidang Perpuisian.
1 komentar:
Ulasan yang berbobot. Saya suka dua artikel ini dengan pencitraan.
Salam Science And Education
Posting Komentar