Polisemi
berasal dari kata poly dan sema, yang masing-masing berarti
’banyak’ dan ’tanda’. Jadi, polisemi berarti suatu kata yang memiliki banyak
makna. Dalam bahasa indonesia, dijumpai kata-kata yang menanggung beban makana
yang begitu banyak. Contohnya adalah kata kepala.
Makna
dasar kepala adalah bagian tubuh di
atas leher, tempat otak dan pusat jarngan saraf. kepala merupakan bagian badan
yang sangat penting dibandingkan dengan beberapa bagian anggota badan manusia
lainnya. Selain berarti bagian tubuh yang penting itu, kepala digunakan dalam
konteks pemakaian lainnya. inilah beberapa di antaranya.
a. Bagian benda setelah atas atau bagian
depan, contoh: kepala tongkat dan kepala surat.
b. Pemimpin atau ketua, contoh: kepala
kantor, kepala pasukan, dan kepala daerah.
c. Sebagai kiasan atau ungkapa, contoh:
kepala udang, kepala dua, dan besar kepala.
Pemakaian
kata kepala pada ketiga konteks pemakaian tersebut tidaklah menimbulkan makna
yang sama sekali baru. Makna-makna tersebut masih memiliki satu kesamaan. Makna
kepala dalam hal ini merupakan ’bagian yang memiliki kedudukan yang sangat
penting’.
Perhatikan contoh-contoh kata berpolisemi
lainnya dalam kalimat-kalimat berikut!
- a. Ari
jatuh dari bangku.
b. Rupanya ia jatuh hati pada jejaka itu.
c. Usaha paman sedang jatuh sekarang.
2. a. Nenek dibawa ke dokter karena sakit.
b. Bangsa ini sedang
sakit.
c. Dedi sakit hati karena
dihianati teman dekatnya.
3. a. Direncanakannya ayah akan naik pesawat malam ini.
b. Diharapkan kakak tidak
lama lagi dapat naik pangkat.
c. Sherina adalah artis
cilik yang sedang naik daun.
Kosasih,
E. 2008. Ketatabahasaan dan Kesusastraan.
Bandung :
CV. Yrama Widya.
Polisemi adalah menyangkut masalah kegandaan makna yang kadangkala bisa
membingungkan pemakai bahas, tetapi justru tidak mepmperoleh tempat yang wajar
dalam pengajaran. kegandaan makna itu bisa muncul dengan berbagai cara.
- kegandaan
makna dalam bahasa lisan dapat diakibatkan oleh struktur fonetik kalimat
karena satuan akustik struktur yang bertali temali adalah satuan helaan
nafas. contohnya ban tuan dalam ucapan bisa menyatu dalam helaan nafas
menjadi dan karena berhomonim dengan bantuan jika tidak demikian, maka
kemungkinan lain terjadi: dua buah kata yang terus menerus diucapkan dalam
satuan helaan nafaas akan menjadi sebuah kata misalnya asbak artinya secaa
lisan akan terjadi kegandaan makna atau polisemi karena variasi intonasi
yang dilakukan pembicara.
- faktor
gramatikal, bentik gramatikal pemukul bisa berarti alat untuk mengukur
atau orang yang memukul. sebuah frase juga bisa menyebabkan kegandaan
makna meskipun kata-kata pendukung frase itu secara individual tidak
menimbulkan egandaan misalnya orang tua bisa berarti orang yang tua atau
bapak dan ibu.demikian juga pada kalimat siswa sedang membaca buku sejarah
baru. klimatini mngandung ketaksaan makna, disatu sisi dapat dipahami
bahwa yang dibaca siswa tersebut buku sejarah yang baru dibelinya, artinya
yang baru pada kalimat tersebut adalah bukunya. disis lain arti yang baru
disini adalah sejarahnya bukan bukunya.
- faktor
leksikal, bentuknya bisa polisemi atau homonim.sumbernya bisa
bermacam-macam yaitu 1. sebuah kata yang mengalami perubahan akan
memperoleh makna baru contohnya kata makan yang semula hanya untuk manusai
dan binatang. namun sekarang kata tersebut bisa dipakai pada benda yang
tak bernyawa bahkan yang tidak epunyai mulut. contohnya jarinya termakan
mesin. 2. sebuah kata akan mempunyai makna ganda jika dipakai dalam
lingkungan sosial yang berbeda. bagi seorang dokter kata operasi
menghadirkan dalam benaknya hal-hal sepert penyakit, pisau, ruang bedah,
menjahit kulit atau daging, tetapibagi lingkungan militer kata tersebut
selalu disangkutkan dengan hal-hal seperti musuh, serangan, tembak
menembak. 3. bahasa figuratif, terutama yang menyangkut metafora juga
besar peranannya dalam polisemi misalnya kata mata, makna sentralnya
sebagai makna penglihat namun pada kata mata pisau, orang indonesia mengartikannya sebagai
ketajaman alat itu. 4. pengaruh asing juga bisa menumbuhkan polisemi. apa
yang disebut peminjaman makna (semantic borrowing) memang sudah lam kita
kenal dalam bahasa kita.contohnya kata butir yang biasa dipakai sebagai
penolong bilangan untuk barang yang bulat atau kecil, sekarang dipakai
untuk mengganti kata item yang jelas taidak ada kaitannya dengan unsur
bulat atau kecil.
Menurut Keraf (2006:37) untuk menetapkan apakah
suatu bentuk itu merupakan polisemi atau homonim tidak selalu mudah. caranya
yaitu :
1. menetapkan kata itu berdasarkan etimologi atau
pertalian historisnya. contohnya kata kopi juga adalah homonim walaupun kata
kopi I berasal dari bahasa belanda koffie yang berarti nama pohon dan biji yang
digoreng untuk minuman sedangkan kata kopi II berasal dari bahasa Copy yang
berarti salinan (surat dan sebagainya).
- dengan
mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar, salah satunya
adalh metafora. misalnya referen primer bagi kata-kata : mulut, mata,
kepala, kaki. tangan, dan sebagainya adalah bagian-bagian dari tubuh
manusia. namun dalam perluasannya berdasarkan dalam prinsip metaforis
bagian bagian tubuh tersebut dapat digunakan juga untuk menyebut bagian
dari: sungai, jarum, pasukan, gunung, kursi dan sebagainya. hubungan itu
lahir dari kesamaan fungsi atau bentuk antara referen-referennya.
Menurut Chaer (2003:304)
- Makna-makna
yang ada dalam polisemi meskipun berbeda tetapi dapat dilacak secara
etimologi dan semantik, bahwa makna-makna itu masih mempunyai hubungan.
Contohnya: kata pacar ”inai” dan kata pacar ”kekasih”.
- Makna-makna
dalam dua bentuk homonim tidak mempunyai hubungan sama sekali. Contohnya:
”kepala” pada bentuk kepala surat dan makna ”kepala” pada kepala jarum
bisa di telusuri berasal dari makna leksikal kata kepala itu.
3 komentar:
good thx y atas ilmunya sangant bermanfaat n berguna
sama2...
:)
ngawur!!!
Posting Komentar