Resensi Novel "Taj Mahal"

Resensi Novel
“ Taj Mahal: Kisah Cinta Abadi “


Judul Asli : Beneath a Marble Sky : A Novel of Taj Mahal
Penulis : John Shors
Penerjemah : Meithya Rose
Penerbit : Mizan
Terbit : Februari 2007 (cetakan 3)
Tebal : 457 halaman

John Shors kali ini mengangkat sebuah novel sejarah yang berlatar asmara dan perselingkuhan, intrik dan perang saudara dibalik penciptaan Taj Mahal, yang merupakan salah satu keajaiban dunia. Novel ini berkisah tentang Jahanara yang hidup dalam lingkungan cinta kasih ayahnya sultan Shah Jahan, ibunya Mumtaz Mahal, dan kakak laki-lakinya Dara. Ketiga orang tersebut banyak mengajarkan Jahanara tentang perihal kemanusiaan. Ayahnya adalah seorang sultan yang tangguh, berhati lembut, yang begitu mencintai dan menghargai ibunya. Dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan kerajaan, tidak jarang ayahnya meminta pendapat ibunya yang sangat bijaksana, sehingga tidak ada pihak yang merasa rugi dan dirugikan. Begitupula dengan Dara kakaknya, yang selalu berusaha menyatukan umat Muslim dan umat Hindu dalam satu panji persatuan di bawah kepemimpinan ayahnya, dan mengajak Jahanara untuk memaknai hidup orang-orang kelas bawah.
Namun kebahagiaan Jahanara sebagai remaja yang hidup bebas tanpa adanya perbedaan kelas, kasta dan gender terusik karena kekejaman adik laki-lakinya yang bernama Aurangzeb yang ambisius. Di dunianya hanya ada kata perang dan keinginan membunuh yang begitu besar. Ia tidak hanya membenci umat Hindu, tetapi juga sangat membenci Jahanara dan Dara. Bagi Aurangzeb, kedua orang inilah yang akan menjadi penghalang keinginannya untuk jadi penguasa kelak.
Kesedihan mulai mewarnai hidup Jahanara. Di saat Ia masih haus kasih sayang orang tuanya, Ia harus merelakan masa remajanya terenggut oleh sebuah perkawinan politik. Kesedihannya tidak berhenti di situ saja. Ibu yang selama ini melindunginya, meninggal dunia tatkala melahirkan bayi di masa penaklukan orang-orang Deccan. Ayahnya bermuram durja sejak ditinggal ibunya. Hingga urusan kerajaan menjadi terbengkalai.
Di tengah luka yang datang silih berganti, Jahanara menemukan cintanya pada seorang ahli kaligrafi bernama Isa. Laki-laki inilah yang merancang pembuatan makam ibunya Mumtaz Mahal. Ia dan Isa merasa senasib karena sama-sama kehilangan orang-orang tercinta. Duka menempa Jahanara menjadi perempuan tegar, dan merasa bertanggung jawab atas keselamatan kerajaan di masa depan.
Konflik semakin bertambah ketika Taj Mahal rampung dibangun. Ayahnya mulai sakit-sakitan, ditambah lagi dengan pengkhianatan yang dilakukan Aurangzeb secara terang-terangan terhadap kekuasaan ayahnya. Aurangzeb mengatasnamakan agama dan Al-Qur’an untuk setiap tindakan anarkisnya. Bahkan Ia rela membunuh Dara, kakaknya sendiri dan memenjarakan Jahanara dan ayahnya.
Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur mundur. Banyaknya peristiwa yang dihadirkan membuat cerita ini terkesan berjalan lambat. Dan ending (akhir) nya pun tidak begitu jelas. Namun, novel ini mengajak kita turut serta larut dalam ceritanya yang sangat mengharukan. Ada hal baru yang bisa ditemukan di balik proses pembuatan Taj Mahal ini. Kita selama ini mengira bahwa istana yang dibuat itu memang untuk istri sultan. Tetapi setelah membaca novel ini, ternyata istana yang dibuat itu adalah bukti cinta suci Isa kepada Jahanara yang tidak bisa dimilikinya seutuhnya.

0 komentar:

Posting Komentar