Pencitraan (Imaji)


Pengertian Pencitraan (imaji)
Pencitraan (imaji) adalah pengungkapan perasaan sensoris penyair kedalam kata dan ungkapan sehingga terjelma gambaran suasana yang lebih konkrit (Djojo Suroto, 2005:20-21). Menurut Waluyo (1995:78) pencitraan dibatasi oleh pengertian kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan.
               Sastrawan sering juga menggunakan imaji (citraan) untuk menambah kepuitisan sebuah puisi. Altenberd dalam Pradopo (1999: 79-80) mengatakan “citraan adalah gambar-gambar angan pikiran dan bahasa yang menggambarkannya, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji (image).” Kata-kata yang dipergunakan penyair tidak sama artinya dengan kata-kata di dalam kamus. Seorang penyair tidak hanya bermaksud menyampaikan makna lugas. Lebih dari itu, penyair ingin membentuk citraan atau imaji tertentu dalam pikiran pembacanya. Makna yang ditimbulkan itu disebut makna citraan atau makna imaji. Dengan kata lain, citraan adalah cara membentuk citra mental pribadi (penyair) atau gambaran sesuatu (Surana, 2001:97).
Citraan (Gambaran angan-angan) adalah gambaran-gambaran dalam pemikiran dan bahasa yang menggambarkannya. Gambaran pemikiran ini adalah sebuah efek dalam pemikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh pengungkapan kita terhadap sebuah objek yang dilihat oleh mata, saraf penglihatan, daerah-daerah otak yang berhubungan (yang bersangkutan). (Pradopo, 1999:80)
Menurut Kamus Istilah Sastra (2006:65) menjelaskan bahwa:
Citraan adalah daya bayang yang dihasilkan dari pengolahan kata-kata secara sungguh-sungguh untuk memberikan kesan indah di dalam suatu puisi; Suatu penggambaran pengalaman yang berkaitan dengan benda, peristiwa, dan keadaan yang di alami penyair dengan memakai kata-kata yang bersifat khas agar dapat memberikan gambaran secara lebih nyata, baik hal-hal yang bersifat kebendaan, metaforik, ataupun kejiwaan.

            Pengimajian itu merupakan kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensori, misalnya penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Pengimajian membuat baris maupun baris puisi seolah-olah mengandung gema suara atau disebut juga imaji auditif, benda yang tampak atau disebut imaji visual, sesuatu yang dapat kita rasakan, kita raba atau kita sentuh disebut imaji taktil.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pencitraan adalah susunan kata   kata yang mengungkapkan pengalaman sensoris dan menyebabkan makna – makna abstrak menjadi konkrit.

Jenis-jenis Pencitraan (imaji)
Citraan adalah gambaran – gambaran pikiran dan bahasa yang menggambarkan angan itu. Pemilihan terhadap kata tertentu akan menimbulkan daya saran yang menyebabkan daya bayang pembaca.
1.      Citraan penglihatan, yaitu citraan yang timbul karena daya saran penglihatan.
2.      Citraan pendengaran, yaitu berhubungan dengan usaha memancing bayangan pendengaran guna membangkitkan suasana tertentu.
3.      Citraan penciuman, yaitu melukiskan ide abstrak menjadi konkrit melalui suatu rengsangan yang seolah – olah dapat ditangkap oleh indera penciuman.
4.      Citraan rasaan, yaitu memilih kata untuk membangkitkan emosi pada sajak guna menggiring daya bayang pembaca yang seolah olah dapat dirasakan oleh indera pencecapan pembaca.
5.      Citraan rabaan, yaitu berupa lukisan yang mampu menciptakan suatu daya saran bahwa seolah – olah pembaca dapat tersentuh, bersentuhan, atau apapun yang melibatkan efektivitas indera kulitnya.
6.      Citraan gerak, yaitu bertujuan lebih menghidupkan gambaran dengan melukiskan sesuatu yang diam itu seolah–olah bergerak.

Pradopo dalam Hasanuddin (2002:117) membagi pencitraan menjadi enam, yaitu :
1.      Pencitraan penglihatan : citraan yang timbulkan karena daya semu penglihatan.
2.      Pencitraan pendengaran : segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha  memancing bayangan pendengaran guna membangkitkan suasana terkubu didalam sajak.                                                                                                                         
3.      Pencitraan penciuman : seolah – olah dapat mengungkapkan ide-ide abstrak yang dikonkritkan penyair dengan cara melukiskan dan menggambarkannya lewat    rangsangan.                                                                                              .
4.      Pencitraan rasaan  : penyair mencoba membangkitkan emosi pada sajak guna menggiring daya baying pembaca lewat sesuatu yang seolah – olah dapat dirasakan oleh  indera pengecapan pembaca.
5.      Pencitraan rabaan  : citraan yang berupa lukisan yang mampu menciptakan suatu daya saran bahwa seolah – olah  pembaca dapat tersentuh, bersentuhan atau apapun yang melibatkan efektifitas indra kulitnya.
6.      Pencitraan gerak    : bertujuan untuk menghidupkan gambaran dengan melukiskan sesuatu yang diam itu seolah – olah bergerak.

Dalam Kamus Istilah Sastra mendefinisikan bahwa:
1.      Citraan pendengaran (audio)
Suatu penggambaran pengalaman yang berhubungan dengan benda, peristiwa, dan keadaa yang di alami penyair dengan menggunakan indra pendengaran.
Contoh:
Telah terdengar tengara tengah malam
Teriak yang tersayat di perut lembah
Tapi anak hilang belum terjumpakan
Dan wajah para lelaki telah lelah
                                                                        (Ajip Rosidi)
2.      Citraan penglihatan
Suatu penggambaran pengalaman yang berhubungan dengan benda, peristiwa, dan keadaan yang dialami penyair dengan menggunakan indra penglihatan.
Contoh:
Aku membaca peta pada raut muka yang berkarat
Di kaca spions dan lantai marmer
Mengingat-ingat kembali jumlah maghrib
Sepanjang keringat yang ditagih gerahnya
                                                                        (Doddi Achmad Fawdzy)
3.      Citraan rabaan
Suatu penggambaran pengalaman yang berhubungan dengan benda, peristiwa, dan keadaan yang dialami penyair dengan menggunakan indra peraba.
Contoh:
Kuraba hala-Mu
Kusapa jua diriku;
Kanak-kanak dan kupu-kupu
Yang dikaki-Mu DANDANDID
Indekandekid indekandekudeman indadid
                                                                        ( Hai-Ti)

      Menurut Surana (2001:97-98) mengklasifikasikan jenis-jenis citraan menjadi 6 yaitu:
1.      Citra Penglihatan
Teja dan cerawat masih gemilang
Memuramkan bintang mulia raya,
Menjadi pudar padam cahaya,
Timbul tenggelam berulang-ulang.
                                                                        (“Pagi-pagi”, Muh. Yamin)
2.      Citra Pendengaran
Blek-blok, blek-blok!
Berjam-jam menumbuk padi,
Ia menyanyi sedikit-sedikit,
Supaya kuat menumbuk padi.
                                                            (“Perempuan Menumbuk Padi”, M.R.Dajoh)
Aku boneka engkau boneka
Penghibur dalang mengatur tembang
Di layar kembang bertukar pandang
Hanya selagu, sepanjang dendang
                                                                        (“Karena Kasihmu”, Amir Hamzah)

3.      Citra Perabaan/Perasaan
Kapuk randu. Kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncu-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermekaran

                                                            (“Ada Tilgram Tiba Senja”, W.S. Rendra)
           

Pikulan berat, beban berat!
Menekan bahu, bahu lemah!
Kaki sakit, badan penat!
“Di mana pasar? Masih Jauhkah?
                                                                        (“Pekerjaan Anak”, A. Hasjmy)

4.      Citra Pencecapan (Pengecapan)
“ Gula-gula itu memang manis”
Bunyi sebuah merek promosi
Diam-diam bisnis gula-gula memenuhi kebutuhan devisa
Di saku kakek tua ada gula-gula bundar
Di kosen jendela
Di bangku oplet dan bioskop
Pada bibir boneka
Ada gula-gula yang lengket celana
Bapak-bapak
Saya mohon tidak kau salahkan adiku Early
yang masih duduk di bangku SMP
                                                                                    (“Gula-gula”, Joss Sarhadi)

5.      Citra Penciuman
Beta bertanam bunga cempaka
Di tengah halaman tanah pusaka,
Supaya selamanya, segenap ketika
Harum berbau semerbak belaka.
                                                                                    (“Gubahan”, Muh Yamin)
6.      Citra Gerak
Lemah gemulai lembut derana
Bertiuplah sepantun ribut
Menuju gunung arah ke sana
Membawa awan bercampur kabut
                                                                              (“Gita Gembala”, Muh. Yamin)

Sedangkan menurut Waluyo memberikan batasan tentang imaji (citraan) adalah: pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian: kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Baris atau bait puisi itu seolah mengandung gema suara (imaji auditif), benda yang nampak (imaji visual), atau sesuatu yang dapat kita rasakan, raba atau sentuh (imaji taktil). Ungkapan perasaan penyair dijelmakan ke dalam gambaran konkret mirip musik atau gambar atau cita rasa tertentu. Jika penyair menginginkan imaji pendengaran (auditif), maka jika kita menghayati puisi itu, seolah-olah mendengarkan sesuatu; jika penyair ingin melukiskan imaji penglihatan (visual), maka puisi itu seolah-olah melukiskan sesuatu yang bergerak-gerak; jika imaji taktil yang ingin digambarkan. maka pembaca seolah-olah merasakan sentuhan perasaan. Pengimajian ditandai dengan penggunaan kata yang konkret dan khas. Imaji yang ditimbulkan ada tiga macam, yakni imaji visual, imaji auditif, dan imaji taktil (cita rasa). Ketiganya digambarkan atas bayangan konkret apa yang dapat kita hayati secara nyata. (1987: 78-79)
Dalam puisi untuk menggambarkan yang jelas, untuk menimbulkan suasana yang khusus, untuk membuat lebih hidup gambaran dalam pikiran dan pengindraan dan juga untuk menarik perhatian, penyair juga menggunakan gambaran-gambaran angan (pikiran) disamping alat kepuitisan yang lain. Citraan ini ialah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya. Jenis-jenis imaji : Citraan yang timbul oleh penglihatan disebut citra penglihatan yang ditimbulkan oleh pendengaran disebut citra pendengaran. Citra penglihatan adalah jenis yang paling sering dipergunakan oleh penyair dibandingkan dengan citraan yang lain. Citra pendengaran juga sangat  dipergunakan oleh penyair. Citraan ini dihasilkan dengan menyamakan atau menguraikan bunyi suara. meskipun tidak sering dipakai seperti citra penglihatan dan pendengaran, citra perabaan banyak dipakai oleh para penyair juga. Citraan yang tidak begitu dipergunakan ialah citra penciuman dan pengecapan.

mw punya penghasilan tambahan setiap harinya, bisnis online
 ,.. http://www.idsurvei.com/survei/Narti/ .

11 komentar:

Unknown

Ok kk seep..!!
Minta kunjungan

Download games , music , software , movies tanpa adfly

Anonim

artikel yang bagus sekali, ijin publikasi ya di Science And Education

Desi Zulinarti _ Punya Cerita

:)

Unknown

terima kasih karena sudah membantu menyelesaikan PR saya :)

Unknown

Thanks :)

Bang Toga

hi kak.! kakak kan ada ngutip tuh dari kamus istilah sastra thn 2006. kakak tau gak buku itu karya siapa gitu. ? kayaknya saya perlu untuk memiliki buku itu

ANGGI MELLA

terima kasih kakak

Unknown

Thanks for The Info .this is A Good Website For You Guys the student.

Desi Zulinarti _ Punya Cerita

thanks kunjungan nya adik2 ..
alhamdulillah bisa bermanfaat bagi semuanya ,..
ditunggu kunjungan nya lagi ya

Unknown

Kak boleh minta daftar pustaka nya tidak?

Blog Yakop Dandi

Imaji memang membantu dalam karya sastra
Thanks

Posting Komentar