2.1 Pengertian Cerita Pendek
Cerita pendek merupakan jenis
karangan yang berisi suatu cerita.Cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang
menurut wujud fisiknya berbentuk pendek (Kosasih, 2008:222). Ukuran panjang
pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya cerita pendek
merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam.
Jumlah katanya sekitar 500-5.000 kata. Karena itu, cerita pendek sering
diungkapkan dengan cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk. Oleh karena itu,
cerita pendek pada umumnya bertema sederhana. Jumlah tokohnya terbatas. Jalan
ceritanya sederhana dan latarnya meliputi ruang lingkup yang terbatas. Dalam
kamus istilah sastra mendefinisikan
Cerita pendek adalah suatu karangan
pendek yang berbentuk naratif atau cerita prosa, yang mengisahkan manusia yang
penuh perselisihan, menharukan atau menggembirakan, dan mengandung lesan yang
sulit untuk dilupakan; kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan
kesan tunggal yang dominant, dan memusatkan diri pada satu tokoh atau pelaku
cerita dalam situasi tertentu. (2006:62)
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa cerpen memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Alur lebih
sederhana.
b. Tokoh yang
dimunculkan hanya beberapa orang.
c. Latar yang
dilukiskan hanya sesaat dan dalam lingkungan yang relatif terbatas.
d. Tema dan
nilai-nilai kehidupan yang disampaikan relatif sederhana.
2.2 Unsur-unsur Cerita Pendek
Menurut
Nurgiyantoro dalam bukunya Pengkajian Prosa Fiksi unsur- unsur intrinsik ialah
unsur- unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara
faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur- Unsur-unsur
intrinsik tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Tema cerita
Tema
merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang
terkandung di dalam teks sebagai stuktur semantis dan yang menyangkut
persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.
2. Alur Cerita
Sebuah
cerpen menyajikan sebuah cerita kepada pembacanya. Alur cerita ialah peristiwa
yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan tertentu. Sebuah
rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan kejadian,
atau hubungan sebab-akibat. Jalin-menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara
linear atau lurus maupun secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan
yang utuh, padu, dan bulat dalam suatu prosa fiksi.
3. Penokohan
Dalam
pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-istilah seperti
tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi
secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Tokoh cerita
ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama , yang
oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu
seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Sedangkan penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita
Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.
Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.
Tokoh
(pelaku) cerita dalam cerpen terbatas. Berbeda dengan novel yang digambarkan
secara mendetail, tokoh dalam cerpen perlu lebih dicitrakan lebih jauh oleh si
pembaca. Dengan demikian, cerpen yang baik hendaklah mampu membangitkan
imajinasi pembaca lebih jauh. Tokoh-tokoh cerita novel biasanya ditampilkan
secara lebih lengkap, misalnya yang berhubungan dengan ciri-ciri fisik, keadaan
sosial, tingkah laku, sifat dan kebiasaan, termasuk bagaimana hubungan
antartokoh itu, baik hal itu dilukiskan secara langsung maupun tidak langsung.
Kesemuanya itu, tentu saja, akan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan
konkret tentang keadaan para tokoh cerita tersebut. Dalam cerpen, pembaca
mengira-ngira gambaran tentang jati diri tokoh sesuai dengan imajinasi pembaca
sendiri.
Mutu sebuah cerpen banyak ditentukan oleh
kepandaian penulis menghidupkan watak tokoh-tokohnya. Kehadiran tokoh
semestinya mempunyai kepribadian sendiri. Hal ini bergantung masa lalunya,
pendidikannya, asal daerahnya, maupun pengalaman hidupnya. Cerpen yang baik
hendaklah mampu menampilkan jatidiri tokoh walaupun tidak harus digambarkan
secara implisit (langsung).
Cara tokoh dalam menghadapi masalah maupun
kejadian tentulah berbeda-beda. Hal ini disebabkan latar belakang (pengalaman
hidup) mereka. Dengan menggambarkan secara khusus bagaimana sang tokoh sedih,
kita lebih banyak diberi tahu latar belakang kepribadiannya. Penulis yang
berhasil menghidupkan watak tokoh-tokoh ceritanya, berhasil pula dalam menghidupkan
tokoh. Kita pun bisa belajar banyak melalui cara merasa dan berpikir
tokoh-tokoh yang hadir dalam cerpen. Hal ini berhubungan dengan manifestasi
sastra untuk kemanusiaan.
Adapun
penggambaran tokoh dapat ditempuh dengan beberapa jalan yang muncul dalam diri
tokoh, yaitu sebagai berikut.
a. Apa yang
diperbuat oleh para tokoh
Tindakan-tindakan
para tokoh, terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis. Watak
seseorang memang kerap kali tercermin dengan jelas pada sikapnya dalam situasi
gawat (penting), karena ia tak bisa berpura-pura, ia akan bertindak secara
spontan menurut karakternya: Situasi kritis di sini tak perlu mengandung
bahaya, tapi situasi yang mengharuskan dia mengambil keputusan dengan segera.
b. Melalui
ucapan-ucapan tokoh
Dari
apa yang diucapkan oleh seorang tokoh cerita, kita dapat mengenali apakah ia
orang tua, orang dengan pendidikan rendah atau tinggi, sukunya, wanita atau
pria, orang berbudi halus atau kasar, dan sebagainya.
c. Melalui
penggambaran fisik tokoh
Penulis
sering membuat deskripsi mengenai bentuk tubuh dan wajah tokoh-tokohnya. Yaitu
tentang cara berpakaian, bentuk tubuhnya, dan sebagainya. Tapi dalam cerpen
modern cara ini sudah jarang dipakai. Dalam fiksi lama penggambaran fisik kerap
kali dipakai untuk memperkuat watak.
d. Melalui
pikiran-pikirannya
Melukiskan
apa yang dipikirkan oleh seorang tokoh adalah salah satu cara penting untuk
membentangkan perwatakannya. Dengan cara ini pembaca dapat mengetahui
alasan-alasan tindakannya.
e. Melalui
penerangan langsung
Dalam
hal ini, penulis mernbentangkan panjang lebar watak tokoh secara langsung. Hal
ini berbeda sekali dengan cara tidak langsung, yang pengungkapan watak lewat
perbuatannya, apa yang diucapkannya, menurut jalan pikirannya, dan sebagainya.
Menurut Kosasih
dalam buku Ketatabahasaan dan
kesusastraan mengemukakan
Untuk
menggambarkan karakter seorang tokoh tersebut, pengarang dapat menggunakan
teknik sebagai berikut. a. Teknik analitik, karakter tokoh diceritakan secara
langsung oleh pengarang. b. Teknik dramatik, karakter tokoh dikemukakan
melalui: 1) penggambaran fisik kehidupan tokoh, 2) penggambaran lingkungan
kehidupan tokoh, 3) penggambaran tata kebahasaan tokoh, 4) pengungkapan jalan
pikiran tokoh, dan 5) penggambaran oleh tokoh lain. (2008:228)
Penokohan yaitu penciptaan citra
tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga pembaca merasakan
kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan
oleh berhasil tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut.
Penokohan, yang didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita,
bisa dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.
Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui:
1. Tindakan, ucapan dan pikirannya
Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui:
1. Tindakan, ucapan dan pikirannya
2. Tempat tokoh tersebut berada
3. Benda-benda di sekitar tokoh
4. Kesan tokoh lain terhadap dirinya
5. Deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang
4. Latar
Sebuah
cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang menimpa atau
dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan
pada tempat tertentu. Menurut Nadjid (2003:25) latar ialah penempatan waktu dan
tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi
Unsur
latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut.
a. Latar Tempat
a. Latar Tempat
Latar
tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan
nama tertentu serta inisial tertentu.
b. Latar Waktu
Latar
waktu berhubungan dengan masalah ” kapan ” terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah ”kapan” teersebut biasanya
dihubungkan dengan waktu
c. Latar Sosial
Latar
sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat
di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial
masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta
dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan
hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan
dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
5. Sudut Pandang
Sudut
pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja
dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang
dikemukakan dalam karya fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup, dan
tafsirannya terhadap kehidupan. Namun kesemuanya itu dalam karya fiksi
disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut
pandang adalah cara memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya
pada posisi tertentu.
6. Gaya Bahasa
dan Nada
Bahasa
dalam cerpen memilki peran ganda, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai
penyampai gagasan pengarang. Namun juga sebagai penyampai perasaannya. Beberapa
cara yang ditempuh oleh pengarang dalam memberdayakan bahasa cerpen ialah
dengan menggunakan perbandingan, menghidupkan benda mati, melukiskan sesuatu
dengan tidak sewajarnya, dan sebagainya. Itulah sebabnya, terkadang dalam karya
sastra sering dijumpai kalimat-kalimat khas. Nada pada karya sastra merupakan
ekspresi jiwa.
0 komentar:
Posting Komentar