2.1 Pengertian Pers
Pers berasal dari perkataan Belanda pers yang artinya menekan atau mengepres.
Kata pers merupakan padanan dari kata press
dalam bahasa inggris yang juga berarti menekan
atau mengepres (Budyatna, 2007:17). Dalam bahasa inggris, Pers (press) berarti mesin pencetak, orang-orang yang terlibat dalam kepenulisan atau
produksi berita, menekan, dan sebagainya. Menurut Romli (2005:6-7) mengemukakan bahwa:
Dalam Leksikon
Komunikasi, pers punya banyak arti: 1. Usaha percetakan atau penerbitan 2.
Usaha Pengumpulan atau penyiaran berita 3. Penyiaran berita melalui media massa 4. Orang-orang yang
bergerak dalam penyiaran berita 5. Media penyiaran, yaitu media massa 6. Ada pula pendapat, pers merupakan singkatan
dari persuratkabaran.
Istilah “pers” muncul berkat
kemajuan teknologi dan ditemukannya percetakan suratkabar atau media massa cetak dengan sistem
silinder (rotasi). Akibatnya, orang
mengindentikkan istilah “jurnalistik”
dengan “pers”, disamping
mengindentikkan “jurnalistik” dengan “media
massa”. Bahkan, wartawan pun mendapat julukan “insan pers” selain julukan lain seperti kuli tinta, kuli disket dan
orang media.
Berdasarkan definsi pers di atas maka, pengertian mengenai pers meliputi
yaitu pers dalam arti kata sempit yaitu
menyangkut kegiatan komunikasi yang hanya dilakukan dengan perantaraan barang
cetakan. sedangkan pers dalam arti kata
luas adalah yang menyangkut kegiatan komunikasi baik yang dilakukan oleh
media cetak maupun oleh media elektronik seperti radio, televisi maupun
internet.
Demikian pula para ahli filsafat
menyatakan, karya Pers sebagai suatu kegiatan pemberitahuan tentang apa-apa
yang diharapkan umum kepada umum. Menurut mereka Karya Pers adalah melayani
umum dalam memberikan kenyatan-kenyataan yang seharusnya diperoleh rakyat,
sebab kenyataan-kenyataan itulah yang akan memberikan kemerdekaan kepada
rakyat. Dalam hal ini kedudukan pers lebih tinggi dan penting, karena dimaksudkan
dengan istilah kemerdekaan dalam pernyataaan tersebut tidak hanya berarti
kemerdekaan fisik saja melainkan juga mencakup kemerdekaan psikis (jiwa). Hal demikian
jelas terlihat dalam fungsi pers Indonesia (UU no 11 tahun 1966 setelah diubah
dengan UU No 4 Tahun 1967 dan UU No 21 Tahun 1982) yang menetapkan bahwa pers nasional
mempunyai fungsi kemasyarakatan, pendorong dan pemupuk daya pikiran kritis dan konstruktif-progresif,
yang meliputi segala perwujudan kehidupan masyarakat Indonesia.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut
dapatlah kita simpulkan bahwa secara luas. Pers merupakan suatu lembaga
kemasyarakatan yang kegiatannaya melayani dan mengatur kebutuhan hati nurani
manusia selaku makhluk sosial dalam kehidupannya sehari-hari.
2.2 Sejarah Perkembangan Pers Sejagad
2.2.1 Lahirnya Pers
Sejarah lahirnya suratkabar dan pers
itu sendiri adalah berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dari sejarah lahirnya
idealisme perjuangan bangsa mencapai kemerdekaan. Sejarah mencatat dalam
pertempuran merebut kemerdekaan RI Tahun 1945, Pers tidak sekedar ikut berjuang
dengan mengangkat senjata, tetapi besar peranannya dalam menyebarluaskan
semangat revolusi Indonesia keseluruh dunia, sehingga kemerdekaan bangsa
Indonesia diakui oleh Negara-negara lain. Disini, pers berfungsi sebagai teman
seperjuangan.
2.2.2 Sejarah Pers Indonesia
Menulis tentang sejarah pers Indonesia adalah suatu cerita yang panjang
sekali, karena untuk membentangkan sejarah pers Indonesia . Sejarah perjuangan
bangsa Indonesia
yang diatur secara berorganisasi, yaitu pada awal abad ke-20 atau lebih tepat
lagi sejak berdirinya Budi Utomo
pada tanggal 20 Mei 1908.
Sejarah pers di Indonesia dapat di golongkan dalam
tiga kategori, yaitu sejarah pers nasional, Sejarah pers kolonial dan sejarah
pers cina. Dengan pers nasional dimaksudkan, surat-surat kabar, majalah-majalah
yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia atau daerah, malahan ada juga dalam
bahasa belanda dan diperuntukkan terutama bangsa Indonesia . Pers nasional ini
diusahakan oleh orang-orang Indonesia ,
biasanya oleh kaum pergerakan nasional atau menurut istilah dewasa ini kaum
perintis kemerdekaan dan bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak bangsa-bangsa Indonesia
di masa penjajahan.
Pers kolonial diusahakan oleh
orang-orang Belanda, berupa surat-surat kabar, majalah-majalah dalam bahasa
Belanda, daerah atau Indonesia
dan bertujuan membela kepentingan kaum kolonialis Belanda. Dengan pers di Cina
dimaksud koran-koran, majalah–majalah dalam bahasa Cina , Indonesia
dan juga bahasa Belanda, yang diterbitkan oleh golongan penduduk Cina.
Pada tanggal 14 Maret 1688, setelah
tibanya mesin cetak pertama di Indonesia
dari negeri Belanda, atas instruksi pemerintah, oleh para pegawainya
diterbitkan surat
kabar tercetak yang pertama. Setelah surat
kabar tercetak pertama tersebut, terbitlah kemudian di beberapa tempat lain di Jawa,
surat-surat kabar yang diusahakan oleh para pemilik percetakan-percetakan dan
dapat dikatakan lebih berbentuk “Koran-koran iklan”.
2.2.3 Ditemukan Mesin Cetak di Cina
Sampai sekarang ahli sejarah masih
terus menyelidiki asal usul suratkabar. sebagian mengatakan suratkabar pertama
terbit di Cina. hal itu dikaitkan dengan kemajuan pesat yang dicapainya dalam
penemuan seperti mesiu, kompas dan percetakan. suratkabar pertama yang
diterbitkan di Peking bernama King-Pao. isinya mengenai peraturan
yang dikeluarkan oleh kaisar Kwang Soo.
Cerita lain mengatakan suratkabar
pertama tidak terbit di Cina baru dikenal Nebukadnezar,
604-567 S.M. Sementara yaitu ahli
sejarah Saetonius mempunyai
keterangan lain. Dalam risalah Amerika ia mengemukakan silsilah suratkabar, ”the Newspaper’s family tree”. ia
mengungkapkan, bahwa suratkabar pertama oleh Julius Caesar, 100-44 S.M. Nama suratkabar “Acta Diurna”, yang artinya kejadian sehari-hari.
Caesar
dikenal sebagai negarawan dan panglima perang, yang bersemboyan: Veni, Vidi, Vici! Saya datang, melihat
dan menang! kekuasaannya meliputi wilayah barat dan timur. Mesir dibawah Ratu
Cleopatra yang cerdas dan cantik ditaklukkannya.
Kata “Journalist”, yang sekarang biasa dipakai, berasal dari “Diurna”dan “Diurnarii”. di Indonesia disebut jurnalis, yang diterjemahkan
menjadi wartawan. “Actuarii” atau
karyawan, yang bekerja pada surat
kabar bagian kewartaan.
Penulis sejarah “Acta Diurna” Terbit tahun 59 SM. Isinya
terutama berita mengenai pemerintahan. ditulis di atas meja, dimana tiap orang
berkesempatan membaca, yang tinggal jauh dari Roma menyuruh orang mencatat dan
menyampaikan berita “ Acta diurna”.
Orang itu disebut “actuary”, yang selain resmi
menyampaikan pula berita tidak resmi. karena makin banyak jurnal, “Actuarii”, isi “Acta Diurna” dibacakan tiap pagi selama dua jam. Isinya dibagi
seperti: berita resmi mengenai mutasi pegawai; kunjungan pemimpin “Politik”
atau undangan kaisar untuk minta keterangan; berita keluarga kelahiran,
perkawinan, kematian; pesta atau kegiatan sosial seperti upacara persembahan,
permainan sirkus; berita “dalam negeri”,
yang diterima dari berbagai daerah. Dua jurnalis terkenal ialah Chrestus dan Caelius Rufus.
Perusahaan surat kabar sebenarnya sudah lengkap, kecuali
mesin cetak. “Actuary” menggunakan “Steno” supaya cepat mencatat berita. “Diurna Commentarii” adalah suratkabar khusus, yang diterbitkan oleh
keluarga kaya. Isinya bersifat umum mengenai khusus keluarga. Sampai abad ke-4
setelah masehi “Acta Diurna” terbit. menjadi pengawal Romawi Raya yang megah
dan jaya selama lebih kurang 5 abad.
Namun demikian, dari hasil
penelitian sejarah kita dapat mengetahui bahwa pada permulaan pertumbuhannya
jurnalistik berjalan dengan kondisi sebagai berikut:
1. Subyek penyajiannya berupa pemerintah, yang
menyelenggarakan penyiaran lewat Acta Diurna adalah pihak kerajaan
2. Jurnalis atau Wartawannya, sebagai perantara dalam
penyiaran, terdiri dari mereka yang mencari dan menyiarkan berita dengan
memperoleh upah.
3. Alat Penyiarannya berupa papan pengumuman (Acta
Diurna) dan catatan-catatan para jurnarius yang diperbanyak serta pemberitaan
lisan dari para jurnarius tersebut.
Sejak hilangnya Acta Diurna hingga
kira-kira tahun 1000 SM, Para ahli sejarah
Eropa tidak lagi dapat menunjukkan bukti-bukti adanya praktik-praktik
jurnalistik seperti dilakukan orang-orang romawi itu. Baru, sejak abad
pertengahan di Eropa dikenal praktik pemberitaan berupa kirim-mengirim surat,
antar biara, istana dan antar para pangeran, dengan perantaraan kurir,
sedangkan dikalangan rakyat biasa dikenal adanya minstreel (penyanyi keliling) selalu membawakan nyanyian dalam
bentuk lagu atau syair rakyat dengan
isinya berupa informasi (menceritakan) tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi
di tempat-tempat lain.
2.2.4 Ditemukan Mesin Cetak di Eropa
Pertengahan abad ke 15 ditemukan
seni cetak buku, yaitu: xylografi dan
typografi. Xylografi berupa huruf blok
yang dipakai Cina. Typografi, huruf
lepas yang digabung, dipakai di Eropa.
Dalam sejarah percetakan dicatat Gutenberg sebagai penemu. Tetapi
Belanda menyangkalnya. kata mereka Laurens
J. Coster dari Haarlem
menjadi guru Gutenberg. Murid itu mempraktekkan pengetahuannya di Jerman.
Amerika Serikat memperkenalkan
percetakan rotasi. Dengan rotasi itu gulungan kertas dicetak menjadi suratkabar
dengan sekaligus dipotong dan dilipat. Mesin dapat mencetak berwarna dengan
meninggi, mendatar maupun mendalam.
Percetakan suratkabar belum dapat
dimanfaatkan, karena keadaan masih kacau balau. hubungan dengan dunia terputus.
Berita setempat dianggap kurang menarik untuk dimuat dalam surat kabar. keadaan jalanan buruk sekali.
Perselisihan agama disertai kelaliman pihak gereja dan penguasa menciptakan
suasana, yang tidak memberi kebebasan suratkabar berkembang. Baru setelah
pelayaran menjadi ramai, kehidupan ekonomi, sosial dan politik bangkit lagi.
Suratkabar hidup kembali sebagai media perdagangan, yang menggerakkan dunia.
Pada tahun 1450 di Eropa telah ditemukan orang
cara-cara mencetak buku, namun surat kabar tertulis masih tetap merajai keadaan
sampai menelan waktu satu setengah abad setelah ditemukan cara-cara mencetak
buku itu.
Baschwitz (1949:27) menyatakan bahwa:
hal itu justru
karena yang tertulis, saat itu, lebih cepat ketimbang yang tercetak, apalagi
kekuatan oplah percetakan masih terbatas. Alasan kedua, karena pihak penguasa pada
saat itu lebih yakin pada berita yang di tulis, mengingat mudahnya untuk
diamati. Alasan selanjutnya, mungkin masih terdapat hal-hal yang menyangkut
pembiayaan. adapun yang sesungguhnya adalah jelas bahwa dalam pertumbuhan
jurnalistik tersebut orang agak konservatif untuk menggunakan cara dan
alat-alat yang baru.
2.3 Serikat Penerbitan Suratkabar dan Hubungan Sejagad
2.3.1 Hari Lahir SPS
SPS lahir dalam kancah Revolusi
Physic. Muncul sebagai eksponen perjuangan dalam membela dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia
yang telah diproklamirkan pada 17 agustus 1945.
Dalam zaman Revolusi Physic lebih
terasa lagi betapa pentingnya peranan dan eksistensi pers sebagai alat
perjuangan di samping alat-alat perjuangan lainnya, sehingga kemudian
(berkumpulah di Jokya tokoh-tokoh surat kabar, tokoh-tokoh pers pada tanggal 18
juni 1946 yang mengikrarkan berdirinya serikat surat kabar (SPS).
2.3.2 F.I.E.J.
F.I.E.J.
(federation internationale des editeurs
de journaux). adalah sebuah organisasi federasi penerbit surat kabar sedunia. yang didirikan di Paris tahun
1948 atas prakarsa serikat penerbit surat
kabar Prancis dan Belanda. yang tergabung dalam F.I.E.J. adlah 70% dari pada
suratkabar di seluruh dunia dan penggunaan kertas oleh para anggotanya meliputi
80% dari konsumsi dari seluruh dunia. F.I.E.J. mendapat kedudukan “consultative status” dari UNESCO pada tahun 1949 dan dari PBB pada tahun 1950 dan dari Dewan
Eropa pada tahun 1974.
2.3.3 SPS
dalam F.I.E.J.
Sejak tahun 1974 SPS lebih
meningkatkan aktivitasnya dalam hubungan internasional, khususnya dalam
federasi penerbit suratkabar internasional, yaitu federation internationale des editeurs de journaux, atau disingkat F.I.E.J.
Pers Dunia banyak dapat mempengaruhi opini dunia. Berhubungan dengan itulah SPS
bergerak lebih giat dalam F.I.E.J.
0 komentar:
Posting Komentar